Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jimat Perdagangan

14 November 2022   11:56 Diperbarui: 14 November 2022   21:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam kurun waktu beberapa bulan, hasil penjualan mereka menurun. Mereka sering rugi bahkan pernah ditipu oleh langganan mereka sendiri. Karena sering merugi hingga akhirnya mereka menjual rumah, tanah, dan juga semua harta hingga berada di titik awal saat dulu sebelum memiliki jimat. Harta mereka ludes tak bersisa, tabungan tidak ada, sejengkal tanah pun tak ada bahkan sekarang mereka menyewa rumah. 

"Bah, nyong nyesel, pambelih ora duwe anak angger uripe aja kaya kie maning," ujar Srinten. 

"Huss! Aja kaya kue, sing njaluk dibalekna sapa?"

"Abah, Owh, jarene Abah pingin duwe anak maning."

"Kowen be pingin, owh, ya, aja nyalahna enyong."

Terjadilah pertengkaran antara keduanya. Mereka saling menyalahkan, tidak ada yang mau mengalah hingga puncaknya Mang Kartam pergi dari kontrakan dan meninggalkan istrinya. Srinten menangis tersedu-sedu mengutuk nasibnya yang kini menjadi miskin papa.

Sementara itu, Mang Kartam pergi menemui sahabat karibnya yang bernama Amad. Dia menceritakan semua kejadian yang dialami dalam hidupnya. Amad kaget dengan apa yang menimpa Mang Kartam. Dia menyarankan agar Mang Kartam meminta maaf pada istrinya, begitu pula sebaliknya. 

Amad juga menyarankan agar keduanya bertobat dengan sebenar-benarnya dan tidak akan mengulangi perbuatannya serta segera dirukiah agar pengaruh jin pada saat menggunakan jimat dahulu bisa hilang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun