21 Frebuary 2022 menjadi awal tahun yang akan sulit dilupakan bagi masyarakat dunia. Suatu tayangan selama kurang lebih satu jam memperlihatkan seorang Presiden Rusia yaitu Vladimir Putin mengenakan jas, berdasi merah marun, dan secara formal melakukan pidato didepan kamera.
Pidato tersebut menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat dunia, khususnya bagi segenap warga Ukraina. Bagaimana tidak, tayangan formal Vladimir Putin tersebut merupakan pidato yang ditujukan sebagai deklarasi “perang” dengan Ukraina.
Hal tersebut membuat masyarakat dunia panik dan mengecamnya, dikarenakan ketakutan akan eskalasi perang Rusia-Ukraina tersebut menjadi Perang Dunia Ketiga.
Dalam pidatonya tersebut, Putin mengindikasikan bahwa salah satu penyebab deklarasi perang yang dilakukan Rusia kepada Ukraina yaitu adanya ketakutan yang diakibat oleh kemungkinan expansi militer yang dilakukan NATO di Ukraina.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Rusia memiliki ketegangan yang cukup historis dengan Amerika Serikat, terlebih akibat perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Uni Soviet telah bubar semenjak sekitar 30 tahun lalu, namun ketegangannya menurun kepada Rusia. Kewaspadaan yang dialami oleh Rusia cukup identik dengan apa yang dialami oleh Amerika Serikat ketika menghadapi krisis misil Cuba pada 1962.
Selain adanya kewaspadaan tersebut, Putin dalam pidatonya mengatakan bahwa invasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memproteksi dan memerdekakan “masyarakat” yang berada dibawah tekanan pemerintah Ukraina.
“Its goal is to protect people who have been subjected to bullying and genocyde by the Kiev regimes for eight years” dan “Our policy is based on freedom…of choice for everyone to independently determine their own future...” ungkap Putin dalam pidatonya
Hal tersebut cukup berkaitan dengan kejadian pada 2014 lalu ketika Rusia menganeksasi Crimea, yang mana Putin mengatakan tujuannya untuk memproteksi etnis Rusia yang berada di Crimea.
Apabila kita melihat tujuan yang dikatakan oleh Putin untuk “memproteksi” etnis Rusia yang berada di Ukraina, maka hal tersebut berkaitan dengan konsep imagined community.
Imagined community sendiri merupakan teori yang dikemukaan Benedict Anderson (1983), yang mana salah satu argumennya bahwa suatu komunitas nasionalisme merupakan suatu hal bersifat imajiner yang terkonstruksi secara sosial, yang diakibatkan oleh persamaan faktor yang saling dirasakan (sejarah, kepercayaan, budaya, dll).