Mohon tunggu...
Lesa Mutiara
Lesa Mutiara Mohon Tunggu... -

tinggi dan besar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berinteraksi dengan Suku Baduy

15 Januari 2011   18:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah studi tour ke daerah pelosok dimana daerah tersebut masih menjunjung tinggi adat istiadat yaitu suku badui di daerah banten. Sebelumnya harus melapor dulu dengan pimpinan adatnya yang di sebut Jaro. Ada beberapa Jaro yang mempunyai tugas masing-masing. Kita harus melapor dengan jaro yang tugas membina hubungan dengan kebudayaan luar atau di sebut juga Jaro Pulung.

Cara berinteraksi dengan suku badui susah susah gampang karena mereka ada yang mengerti dan ada yang tidak bahasa Indonesia. Kelompok kami juga di pandu dengan salah satu pemuda disana untuk mentranslete pembicaraan mereka ketika kami bertanya. orang Baduy luar sudah mengenal kebudayaan luar (diluar dari kebudayaan Baduy-nya sendiri) seperti bersekolah sehingga bisa membaca dan menulis, bisa berbahasa Indonesia. Mata pencaharian mereka bertani.. Rumah mereka di dirikan diatas batu (ini kepercayaan mereka bahwa rumah supaya kokoh harus berdiri di atas batu).

Jika orang badui dalam Mereka tidak boleh mempergunakan peralatan atau sarana dari luar. Jadi bisa di bayangkan mereka hidup tanpa menggunakan listrik, uang, dan mereka tidak mengenal sekolahan. Salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa bantuan dari peralatan luar adalah Jembatan Bambu. Jembatan ini dibuat tanpa menggunakan paku, untuk mengikat batang bambu mereka menggunakan ijuk, dan untuk menopang pondasi jembatan digunakan pohon-pohon besar yang tumbuh di tepi sungai.

Orang Baduy dalam terkenal teguh dalam tradisinya. Mereka selalu berpakaian warna putih dengan kain ikat kepala serta golok. Semua perlengkapan ini mereka buat sendiri dengan tangan. Pakaian mereka tidak berkerah dan berkancing, mereka juga tidak beralas kaki. Meraka pergi kemana-mana hanya berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah membawa uang, jadi mereka tidak pernah menggunakan kendaraan.

Ada semacam ketentuan tidak tertulis bahwa ras keturunan Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid tidak boleh masuk ke wilayah Baduy Dalam dan juga tidak boleh membawa peralatan teknologi canggih seperti hp, kamera dan lain-lain. Jika semua ketentuan adat ini di langgar maka akan kena getah nya yang disebut kuwalat atau pamali adalah suku Baduy sendiri. Kepercayaan mereka adalah Sunda Wiwitan, mereka tidak mengenal sekolah, huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara dan bahasanya Sunda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun