Mohon tunggu...
azhar
azhar Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin Jadi Penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sadarlah Pemuda, Indonesia Sudah 75 Tahun Merdeka!

17 Agustus 2020   00:00 Diperbarui: 16 Agustus 2020   23:50 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 17 Agustus 2020, peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke 75. Jika hari ini adalah Peringatan, maka pasti ada sesuatu yang diperingati, yang perlu diingat, tidak boleh dilupakan dan harus ditanamkan pada setiap generasi. Hari Kemerdekaan merupakan pengingat bahwa bangsa ini dulunya pernah terjajah, pernah tertindas, pernah dirampas haknya, bahkan terusir dari tanahnya. Apa sebetulnya esensi dari peringatan hari kemerdekaan setiap tahunnya? Pastilah bukan hanya tentang prosesi upacara saja, namun lebih dari itu masyarakat harus memaknai peristiwa-peristiwa sejarah perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dibalik itu semua. Pertanyaan itu harusnya muncul dibenak setiap pemuda, untuk apa kita diminta ikut hadir dalam prosesi upacara kemerdekaan setiap tahunnya? Sebagai generasi muda yang lahir jauh setelah masa kemerdekaan, kepekaan terhadap kepentingan nasional menjadi kurang terasah, karena kita hidup jauh setelahnya dimana keadaan serba memadai dan tentu tidak ikut merasakan ill will and hostility selama masa perjuangan melawan penjajah. Beda dengan generasi akhir saksi sejarah yang masih hidup hingga sekarang, jika bisa diukur kecintaannya tehadap bangsa maka pastilah sangat besar cinta dan kesetiannya jika dibandingkan dengan kami generasi muda, yang berbahasa pun dengan gengsi dan merasa keren dengan gaya ala western

Kecintaan terhadap bangsa bisa lahir jika kita dapat memahami bagaimana bangsa ini dulunya diperjuangkan kemerdekaannya, bagaimana tersiksanya dan pengasingan yang dilakukan penjajah terhadap para pejuang tanah air, bagaimana para penjajah merampas hajat hidup warga pribumi, perjuangan dan semangat para pemuda bersatu padu dalam upaya-upaya kemerdekaan, semua diabadikan dalam banyak catatan, biografi, maupun buku-buku sejarah. Sayangnya dimasa dekadensi literasi saat ini, tidak banyak yang tertarik dengan bacaan atau hal semacam itu, jauh lebih menarik dan mengasyikkan menghabiskan waktu berjam-jam main game bersama rekan setongkrongan, kita jumpai dari usia muda hingga dewasa banyak yang terjebak melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan hal yang menurut saya sia-sia. Bagi saya, membaca buku sejarah adalah versi lain dari mendengarkan cerita dongeng masa lalu. Mengasyikkan karena apa yang dibayangkan seolah terekonstruksi menjadi imajinasi visual, kisahnya terstruktur dan telah disusun rapi dari awal hingga akhir. Dengan banyak membaca referensi sejarah nasional maupun buku-buku perjuangan kemerdekaan, rasa empati dan solidaritas anak bangsa itu akan hadir, juga timbul perasaan ingin menjaga keutuhan bangsa sebagaimana yang para leluhur perjuangkan dahulu. Inilah yang disebut nasionalisme, empati yang hadir murni dari pekanya hati yang terasah oleh rangkaian cerita panjang perjuangan masa lalu, paham know how nya bangsa ini, tulus ingin menjaga keutuhan negara sebagai wujud cinta tanah air.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 75...!!!

Jayapura, 17 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun