1//
Anggraeni, Aku di sini tak sekalipun mempermasalahkan Aktivitasmu sebagai penyuara garis minoritas. Karena aku tahu jalan yang kau tempuh kini adalah sesuatu yang mulia demi nusa dan bangsa. Namun di balik gerak-gerikmu yang bermekar belantara aku memohon padamu, hargailah hadirku sebagai kekasihmu.
Meski itu hanya sebatas tetesan embun di pagi hari. Karena pada dasarnya tuan dari daratan mana pun akan mengucap keluh jika hubungan yang dijalani berada dalam gelap. Tanpa seberkas cahaya empati.
2//
Anggraeni, dari pesisir yang bergelombang tentram. Bacalah secara cermat isi tulisan ini yang meminta pertanggung jawaban dari sikapmu. Yang mengiris arteri aku si tuan yang merasa tak dianggap sebagai kekasihmu.
Mengapa kau yang dahulu berhasil membuatku mengatakan. Bahwa kau memang bukan pertama, api tetap menjadi wanita yang terakhir. Dalam sela-sela sebuah hubungan berbalik menjadi rupa yang membuatku makan hati dari pagi sampai malam.
Tatkala telepon dan chat yang biasanya ramai darimu. Kini telah menjadi serpihan piatu. Di hari-hari ku yang bertema sepi.
Apakah sudah bosan dirimu bersamaku sebagai sepasang kekasih. Kalaupun itu iya, katakanlah terus terang. Walaupun itu teramat sakit tuk Ku terima. Dari pada aku harus menghadapi sikapmu yang dingin. Yang membuat hubungan ini seolah-olah hanya sebatas bunga tidur. Yang tak pernah terjadi saat terjaga
3//
Anggraeni, jujur harus bagaimana lagi aku memahami sifatmu yang kadang membingungkan? Sudah sejuta cara kulakukan dengan terus mengalah untuk menerima ego yang sering kau taburkan.
Namun rupanya itu tak berarti di hadapanmu yang selalu menyudutkan aku sebagai tuan cerewet dan super mengekang.
5//
Maaf Anggraeni, jika sudah muncul segumpal stigma dari dalam benak ini. Namun jika kau merasa risih dengan segala prasangka yang terurai dari bibir hatiku. Maka, sudah sewajarnya kau juga perlu berbenah menyikapi hubungan kita. Yang sudah mendekati jurang pemisah.
Karena sekali lagi, biar bagaimanapun kau yang menimbulkan rasa cinta ini. Dengan segala sumpah untuk selalu ada dalam setiap menit kehidupanku. Dan maaf jika kali ini aku egois, meminta perhatian darimu  Karena selain rasa cemburu terhadap pasangan lain yang begitu harmonis.
Aku juga tak ingin jika ikatan antara kau dan aku dikategorikan sebagai hubungan yang hanya indah di awal.
6//
Anggraeni, mungkin sampai sini saja. Tulisan segala gundah yang tersemat pada dirimu. Dan jika kau masih menganggap
Ini adalah tulisan yang labil, maka maaf saja aku memilih pergi. Dari pada bertahan tanpa ada nilai menghargai darimu.
Kediri, 17 Oktober 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H