Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Adalah Kau, Anggraeni

13 Oktober 2020   17:35 Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:31 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak kelihatan bukan berarti kau tak merdeka dan tidak bersuara bukan berarti kau setia untuk dibungkam. Kita punya cara yang harus lebih berbeda di atas rombongan Kemanusiaan.

Adalah Kau
____________
Anggraeni, adalah kau yang menyandang cerita. Pada redup segala yang hidup. Dekapmu terasa, dekatmu menyapa. Kita tak kompromi untuk setia menulis puisi-puisi Perlawanan.

Adalah kau wanita menenun ledakan pengkhianatan. Kita tak hanya terluka di masa anggota DPR sibuk bersidang, sedang rakyat di lempar-lempar berita hoax.

Adalah kau gadis berwajah teduh. Gadis peradaban yang hancur berkeping-keping jika investor berkiblat. Musikalisasi manipulasi tentang monopoli tanah. Kita telah menjadi nanah tanpa tubuh.

"Terkadang aku menginginkan kau menjadi seperti Calon Arang bersama kitab lontarnya, dengan satu tiupan dari mulut, hancur yang dituntut"

Tapi Anggraeni?
Argh sudahlah lupakan

Aku mengenalmu adalah kau pengakuan arti. Dalam hati, dendam tak di hadiri. Garis dagumu adalah isyarat untuk kita yang wajib menabrak rezim hari ini. Rezim perjanjian imperialisme menyembah rancangan undang-undang zat. Rezim penggerebekan untuk kedaulatan yang robek.

Adalah kau sanggar bibir bianglala. Ribuan lalat penghisap kehidupan pribumi terbang bebas. Maka Ijinkan ku mencintaimu tanpa pemimpin negeri.

Adalah kau bentuk air mata ibu Pertiwi, Anggraeni. Aku tak ingin mencintaimu dari prajurit boneka yang mengangkat senjata, berujung penjara.

Anggraeni, Sekali lagi. Adalah kau kelarai yang di temui para leluhur. Subur perjuangan, tegar Perlawanan. Kita bukan budak cinta yang menghamba pada cincin Kapitalisme.
Aku mencintaimu sebab kau dan aku adalah jeda yang beda. Berduri sebelum tutup usia.

Kediri, 13 Oktober 2020
Buah Karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Catatan:
- Kitab Lontar= Adalah kitab kepunyaan Calon Arang, yang membuatnya begitu kuat.

- Kelarai= adalah kata lain dari corak/ tenun. (KBBI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun