Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal 4 Pengertian Puisi dari Penyair-penyairan

12 Oktober 2020   07:49 Diperbarui: 12 Oktober 2020   07:48 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari Pixabay.com

Hal ini juga selaras dari point 2. Perihal menjadikan puisi yang kita buat, akan tidak sepemikiran antara pembaca dan si empunya karya.

Pernah saya buat puisi tentang membangun jati diri seorang pemula penggiat puisi, tanpa berpatokan diksi dan majas. Dengan sisipan nama-nama majas.

Namun ada beberapa orang yang protes bahwa puisi saya tersebut menjatuhkan penulis. Dan kurang pas untuk dihidangkan.

Saya menerima komentar tersebut. Akan menjadi perhatian saya dalam membuat puisi-puisi selanjutnya. Bahwa puisi di atas kurang bisa membawa semua pembaca mengerti apa yang saya maksud.

4. Puisi Adalah Multi Tafsir.

Point ke 4 ini sedikit berbalik punggung terhadap point 1, 2, 3. Perihal puisi yang kita buat harus siap dengan multi tafsiran dari sang pembaca. Dan si penulis juga harus siap mental.

Biasanya puisi yang siap di multi tafsirkan, seperti puisi jenis sufi

Contoh:
Sembah sujudku tuan guru
Titah tuan kami laksanakan!
Dari Serambi Mekah membaca bismillah
Satu langkah, dua langkah, melaju jauh
Ya Hu, Ya Hu, Ya Allah, hamba berjalan
Dari rantau oborkan tongkat menuju Sahilan
Dalam hening mencari Tuhan
Sampai gunung Sahilan dan Rimbang Baling
Seluruh Kampar Kiri berdian sepanjang zaman
Tak lekang dengan panas tak lapuk oleh hujan.

Di sini kita akan diperkelumit oleh 1 bait puisi ini. Apa maksudnya? Tentu saja  kita akan berbeda pendapat.

a. Ada yang berpendapat si pengarang sedang galau dilihat dari kalimat "dalam hening mencari suci"

b. Ada juga berpendapat si pengarang lagi ingat kepada sang pencipta. (Ya Hu, Ya Hu, Ya Allah, hamba berjalan)

Dari 4 pengertian puisi di atas. Saya rasa masih begitu banyak kekurangan. Yang tidak ada menyebutkan khaidah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun