"Menjadi Pengusaha rumahan di era pandemi ini harus berhati lapang."
Pandemi Covid-19 yang terjadi di akhir-akhir ini, memang berdampak di semua kalangan. Bukan hanya pelajar yang harus rela belajar di rumah. Pekerja yang harus rela di PHK.
Namun, kita perlu menengok di suatu sudut desa yang bertempat usaha rumahan. Juga terkena dampak yang begitu besar. Seperti katering atau jasa pesanan makanan Pre-Order ini.
Seperti hari biasa jasa katering bisa menghasilkan keuntungan 5-6 juta per bulan. Namun karena ada wabah pandemi, pesanan yang diterima sangat merosot. Malah ada yang 1 bulan utuh tidak menerima pesanan sama sekali.
Bisa dibayangkan begitu sedihnya pengusaha katering tersebut. Usaha untuk memenuhi kehidupan sehari-hari terhambat. Belum juga karyawan yang bekerja otomatis diliburkan.
Seni berjualan di era milenial
Begitu berharga dan bermanfaatnya saya menjadi Kompasianer di dua bulan terakhir ini. Setelah mengenal dan membaca Artikel dari mas Ozy yang berjudul seni berjualan di era milenial. (Bisa dibaca di sini).
Ya, dengan jargon "tidak posting, tidak laku". Saya berinisiatif membagi informasi bermanfaat ini kepada katering tersebut. Tidak lain bertujuan untuk diterapkan.
Satu sampai dua hari, setelah memposting produk yang di sediakan oleh katering tersebut. Pelanggan atau calon pemesan silih berganti telephone dan mengomentari postingan. Ada juga yang chatting melalui aplikasi Whatsapp.
"Mbak, harga nasi kotak berapa untuk per kotaknya?"
"Mbak, mau pesan jajan kotak, isi lima jenis ya, untuk hari"
"Mbak, kalau nasi tumpeng untuk porsi 15 orang berapa harganya?".
Sangat membantu juga ya artikel mas Ozy. Selama pandemi yang biasanya pemesanan hanya 1-5 orang dalam satu bulan. Setelah memposting produk kateringan, kini menambah sampai 7 orang pemesan dalam 2 minggu terakhir.
Seni Melayani Pelanggan Sistem Pre-Order
Untuk kalian yang sudah mempraktekan trik penjualan dari mas Ozy. Jangan dulu berpuas diri jika ada banyak pembeli saat itu. Apalah arti laris sehari, jika harus gigit jari sebulan.
Kita sebagai penjual produk dengan sistem pre order harus kreatif. Apalagi dengan sistem Online yang si penjual dan si pembeli tidak saling tatap muka. Kadang juga banyak oknum yang ingin menjatuhkan usaha kita dengan cara membohongi.
Dengan seni yang kreatif, pembeli akan menjadi tertarik. Selain tertarik mereka akan betah dan menjadi pelanggan tetap. Berikut beberapa seni melayani pelanggan sistem pre-order.
1. Menggunakan Bahasa yang Santun
Jelas hal ini menjadi salah satu kunci utama untuk setiap penjual. Kita bisa membayangkan jika merespon dengan ketus. Pembeli bisa merasa jengkel dengan respon singkat dan ketus.
Sebagai contoh, kita lihat pada gambar. Menyebut "bunda" adalah salah satu kehormatan tersendiri bagi ibu-ibu. Jadi mereka akan berpikir untuk tetap pesan kepada kita.
"Enak beli di sana, pelayanannya halus dan santun ya".
2. Memberi Variasi
Keuntungan pre-order, kita bisa sedikit berpikir. Mau kita kasih variasi bagaimana agar produk kita tidak monoton. Sehingga pembeli muncul rasa penasaran, dan ingin membeli lagi suatu hari nanti.
3. Memberi Bonus
"Wih, beli jajan kotak di sana dapat bonus. Asyiik kapan-kapan beli di sana lagi ah".
Selain itu, bisa juga dengan memberi potongan harga. Hal ini adalah salah satu yang dicari-cari pembeli. Seperti kita membeli baju atau barang di mall, kita pasti cari yang ada diskon.
4. Menjaga Silaturahmi
Point ke empat ini yang sering kita abaikan. Banyak yang terjadi pada penjual pre order. Setelah urusan atau pesanan selesai kita membiarkan kabar dari pembeli.
Coba kalau kita menjaganya seperti tanya kabar.
"Bunda, bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya"
"Bunda bagaimana acaranya kemarin? Saya harap, lancar-lancar saja ya, jangan lupa lo bun, pesan lagi ke kita"
Jika hal itu terjadi, maka si pembeli akan merasa nyaman ke kita. Dan pasti akan membeli produk kita lagi.
Nah, dari 4 seni diatas. Tidak ada yang sulit kan? Ada beberapa pesan tersiratnya juga sih. Selain berjualan, kita berusaha memberi sedekah. Ingat 3S akan mempelancar usaha kita.
(Salam, Sapa, Senyum).
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H