Sintia
Mungkin tak ada jiwa
Sekuat periuk Ina
Menahan bara arang selain
Dirimu sebagai gadis berdarah
Keturunan Beda Keleng
Perihal
Di usia yang seharusnya
Terisi dengan lompatan
'Gawe Au'
Kau telah merebah
Tak berdaya tanpa pertanyaan
"Mengapa aku berbeda dari yang lain"
4//
Pukul empat sore
Video WA sambungan layar Jayapura
Memandang penuh isak
Ayu rupa-mu berhias "kwatek"
Tenunan pusaka "uma lango"
Terlihat
Gugur air mata berjatuhan
Membasahi pelipis Ina dan Ama
Yang tak henti mengelus lembut tubuh-mu
Sebagai buah hati pertama
Dari bahtera rumah tangga Keleng Wato Puken
Perihal
Dari palung hati yang paling jujur
Mereka masih belum menerima
Jika pengobatan lanjut mu di Balai Lambunga
Adalah hari-hari terakhirmu
Memanggil mereka sebagai Ina dan Ama tercinta
5//
Sintia
Selamat jalan Nak
Kau telah menjadi
Sosok yang banyak memberikan pelajaran
Pada kami tuk selalu menghadapi beratnya
Problema hidup dengan senyuman tanpa ada
Keluhan
Sintia
Hanya ada kata maaf
Dari ku yang tak bisa
Mengantar mu menuju peristirahatan
Terakhir
Namun
Di semerbak doa
Yang teruntai dari bilik nurani
Selalu mengucapkan amin
Bahwa Firdaus adalah tempat mu
Yang layak di kehidupan selanjutnya.
Kediri, 30 September 2020
Buah karya: Le Putra Marsyah.