Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Ada Garis Pembatas

23 September 2020   03:15 Diperbarui: 23 September 2020   03:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Ada Garis Pembatas .

( Setialah pada Penamu)

Pada awal mulanya, kita di ciptakan untuk saling melengkapi. Banyak hal yang perlu kita perhatikan. Salah satunya adalah Menulis.

Pena penulis di ciptakan untuk melengkapi pikiran yang akan di tuangkan ke atas kertas. Sehingga apapun itu, sangatlah membantu orang lain mengisi hari-hari kosong dengan membaca.

Seperti puisi. Namun, belakangan ini, saya melihat hampir punah jiwa para penulis muda. mungkin karena faktor lingkungan ataupun faktor-faktor lain yang membuat penulis berhenti menulis.

Sebagai pelengkap seperti yang sudah saya uraikan di awal kalimat, kita yang juga di sebut penulis seharusnya memberi dorongan yang baik dan kritikan yang membangun. Karena Hampir penulis-penulis ATAS maupun MENEGAH semacamnya ingin sekali menampilkan corak kehebatan tanpa memperhatikan batin atau perasan orang lain.

Contoh : seorang penulis menulis status di Internet begini bunyinya :

"Jadi penulis itu harus menulis kata-kata indah.bukan kata-kata pasaran."

Apa yang mau di banggakan di sini?. Bangga karena anda seorang penulis hebat dengan jutaan kosa kata?. Hahaha.

Bukan itu inti dari jiwa seorang penulis .
Seorang penulis hebat adalah seorang yang merendahkan diri, memberi kritikan atau masukan dalam bentuk apapun itu harus berwujud membangun. Bukan merobohkan.

Hargai karya orang lain. Jika ingin karyamu juga di hargai. Perihal Kita hanyalah potongan-potongan roti yang di satukan dalam satu anggur pena ( penulis ).

Sebab Kata itu sendiri sudah berdosa sejak awal dunia ini di huni oleh yang namanya manusia. Jadi, tunjukan bahwa semestinya masih ada padan gurun dan taman eden.

Tempat tulang-tulang penyair di satukan jadi penyambung lidah masyarakat.
Semua karya baik dan indah.
Yang buruk hanyalah orang-orang yang menyebut dirinya ahli-ahli Taurat, Quran, Injil, dll.

Salam.
Salam Santun
Salam Literasi
Salam Sastra
Salam Seni & Budaya
Salam Baiat Cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun