Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jantung Hati

17 September 2020   20:42 Diperbarui: 17 September 2020   20:41 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini
Aku bersandar diri
Di papan-papan bangku
Menikmati senja sore
Berteman air mata
Yang memancung jiwa

Jantung hati
Maaf
Perkataanku beberapa hari lalu
Untuk bertemu
Tak mampu ku tepati
Perihal
Aku menaruh hormat
Pada perkataan orang tuamu
Yang tak mengijinkan aku
Menjadi kekasihmu

Jujur
Aku membenci hal ini
Karena di dunia yang luas
Masih tak mampu memberikan tempat
Bagi kita menyemai bahagia
Berdasarkan keseriusan

Jantung hati
Di sore yang mulai berganti malam
Rupanya senja telah mengajarkan kita
Untuk saling melepaskan
Sebab sesuatu yang bahagia
Tak selamanya abadi
Benar adanya

Inilah takdir kita
Saling mencintai
Dan berhenti di tengah jalan
Lantaran kita tak memperoleh restu
Dari kedua orang tuamu
Selaku manusia yang merawatmu dari bayi

Jantung hati
Di lingkaran senja yang menghilang
Aku mengingat kata-kata mu

"Ini bukan lagi masa Siti Nurbaya dan aku bebas menentukan pilihan"

Terus terang
Kata-kata mu itu
Sempat membuat aku menabung nyali
Untuk membawamu lari
Pergi dari kedua orang tuamu

Namun Akhirnya
Aku tak mampu melakukan itu
Yang bukan berarti aku pengecut
Aku hanya tak ingin
Kau menjadi pameran utama
Dalam cerita Maling Kundang
Yang durhaka kepada orang tua
Karena keinginanmu
Untuk hidup bersama ku

Jantung hati
Biarkanlah cerita kita
Bertitik akhir di sini saja
Sebab aku mengerti
Benar adanya perkataan orang tuamu
Tentang aku hanyalah orang tak punya
Yang tak mampu mencukupi kebahagiaanmu
Dengan segala materi
Seperti apa yang kau punya sekarang

Jantung hati
Mungkin sekarang kau telah membenciku
Terkait segala curahan tulisan di atas
Dan aku siap berpasrah diri
Karena sangat baik
Kau membenciku dari sekarang
Dari pada kebencianmu timbul terlambat
Di baris-baris terakhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun