Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Percakapan Seluler

13 September 2020   22:10 Diperbarui: 13 September 2020   22:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang
Lewat jaringan seluler
Kita membacakan bait-bait rindu
Sebagai pelampiasan akan rasa kita yang tersiksa
Akan tetapi semuanya berubah menjadi aura dingin
Di awal kalimat hallo dalam gigilnya malam ini
Sehingga kopiku terminum dengan kalut
Tatkala aku mendengarkan kata-kata mulutmu
Yang bernada stigma
Pada diriku yang berada di sini

Sayang
Memang ku akui jarak ini kejam
Sehingga membuatmu berpikir aneh-aneh ke diriku
Tetapi, percayalah padaku
Bahwa aku tetap menjamin kesetiaan ini tetap awet
Sebab aku bukan pria labil
Yang tak punya komitmen pada suatu hubungan

Dan sayang,
Kau harus tahu sebuah realita
Yang bukan berniat menyombongkan diri
Bahwa banyak bidadari di sini
Yang mencoba mengetuk pintu hatiku
Namun, semuanya berakhir sia-sia
Karena aku menghargaimu sebagai kekasih
Yang membuat aku kembali berdiri
Dan menanggalkan selimut dendam masa silam

Sayang
Sudah saatnya kita mengakhiri suasana dingin yang tak wajar ini
Apakah kau mau paketan seluler terbuang cuma-cuma
Lantaran prasangkamu yang berlebihan
Yang membuat aku serba salah
Dalam berpijak dan bernafas

Ya aku paham
Prasangkamu ini tanda cinta
Tapi kau juga harus sadar
Bahwa aku tidak seperti yang kau maksud
Apa perlu aku menjadi bintang
Agar dapat kau lihat tiap malam
Sehingga membuatmu percaya bahwa aku tak pernah main-main

Sayang,
Segera benamkanlah cemberut mu itu
Apakah kau tak mau berbagi cerita
Tentang senja MONAS yang selalu kesepian
Tanpa ada sosokku di sampingmu

Tapi rupanya malam ini
Kau masih bersikap teguh
Akan prasangkamu itu
Baiklah,
Aku tak memaksa
Biarkanlah malam ini
Percakapan seluler kita
Berhenti di sini saja
Dan mungkin,
Aku akan menanti lagi
Percakapan seluler berikutnya
Yang penuh romansa serta manja bibirmu
Akan rindu pada belaian ku
Yang katanya kau adalah suatu berkat dari Kuasa

Daaa Sayang,

Tuuut tuuuuuut tut

Kediri, 13 September 2020
Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun