Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Curahan Hati Kekasih Aktivis

12 September 2020   00:22 Diperbarui: 12 September 2020   00:26 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan
Sebelum aku mengenalmu
Aku percaya
Bahwa defenisi cinta
Adalah kasih sayang
Berlanjut cita-cita masa depan
Dan berganti pasangan
Yang tak lagi sesuai dengan kenyamanan

Tuan
Hingga akhirnya kau datang
Menemuiku dalam rupa sederhana
Yang mengetuk pintu hatiku dengan keluguan, kelucuan, bahkan kebuncitan perutmu itu
Tak seperti barisan pria yang pernah mampir

Tuan
Perlu kau memahami
Alasan aku menerimamu hanya satu
Kau adalah orang yang berbeda
Yang berhasil membuatku luluh di hadapanmu

Tuan
Seiring berganti musim yang berlalu
Aku menyadari satu hal darimu
Bahwa kesetianmu tiada taranya padaku
Yang membuatku tambah bersyukur
Menjadi kekasihmu seorang

Tuan
Darimu juga aku mulai belajar
Menerima sebuah fakta
Tentang hidupmu yang penuh bahaya
Karena menjadi orang yang dicari-cari
Karena bait-bait puisimu yang liar
Perihal kau seorang jalanan
Yang menentang barisan penguasa

Tuan
Kini hatiku mulai tertimpa kalut
Rupanya aku bukan sosok yang kuat
Menerima keadaanmu sekarang
Sebab aku membutuhkan perhatian darimu
Walau itu sebatas pesan seluler
Bukan sikap misteriusmu yang sekarang
Yang jarang memberikan kabar
Dengan alasan panggilan minoritas

Tuan
Aku memahami pribadimu
Yang berjuang atas nama kebenaran
Tapi kau juga harus tahu
Bahwa suatu hubungan harus butuh kepastian
Tatkala aku yang membacakan bait rindu
Kau acuhkan dengan dingin

Tuan
Aku tak memaksamu
Tapi maaf,
Mata ini sudah tak kuat menahan cemburu
Kepada teman-teman yang leluasa bercengkrama
Dengan kekasihnya
Sedangkan aku hanya bisa menahan hati pada rindu
Yang berkecamuk

Tuan
Tolong luangkan waktumu
Walau itu hanya satu detik
Jangan kau membiarkan aku bertahan
Untuk hubungan ini
Karena kata-kata terlanjur
Tanpa kebahagiaan setimpal

Tuan
Semoga kau memahami semua ini
Aku percaya kau setia
Begitu juga aku yang setia
Dan jika kau masih memegang egomu
Dengan alasan keselamatan diriku
Perihal, orasimu selalu bertemu stigma
Dengan water canon aparat
Maka, biarkanlah aku memaksa
Ikut serta denganmu
Karena aku tak mau jauh dengan sosokmu
Meskipun aku harus menemui kematian
Sebab hati dan raga ini telah menjadi milikmu seutuhnya

Kediri, 11-12 September 2020
Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun