Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Anak Ayahku

10 September 2020   13:30 Diperbarui: 10 September 2020   13:27 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ayah, sempat ku mengira kau cengeng,
Begitu tersedunya kau menangis
ketika ayahmu meninggalkan kita.
Bocah ileran ini memang belum tau soal kepergian orang yang kita cintai
Tapi aku semakin mengerti ketika kau meninggalkanku
Aku tambah cengeng ayah
Karena dua ribu tiga ratus tujuh hari kau meninggalkanku
Aku masih saja menangisi tentangmu

Ayah, aku juga pernah mengira kau ini keji dan bangsat.
Begitu membaranya kau memarahiku
Hingga kau menonyorku; darah dari hidungku mengalir deras
Ya, hanya karena aku meminta dua ribu rupiah
untuk membeli sebungkus arumanis;
itupun masih kau tambahi dengan gagang sapu yang patah kena pahaku

Sejak saat itu aku membencimu, Ayah!
Aku tak menganggapmu ayahku sendiri
Begitupun engkau yang tak pernah menanyai tentang aku

"Bagaimana sekolahmu nak?"

"Bagaimana dengan Teatermu? Kau jadi tokoh apa hari ini?"

Kau membiarkan aku melakukan apa saja semauku
Semisal membawa wanita dan menenggak alkohol di kamarku.
Padahal ketika itu aku hanya ingin kau tegur

Tapi yah,
Aku anakmu, ayah

Anak yang lahir dari darah dagingmu
Aku rindu kau marahi.
Aku ingin kembali mendengarkan lantunan ninabobomu kembali

"Mbesok yen wis gedhe
Nalikane sesandingan karo kekasihmu
Kekaron sih ngadhep ombaking urip"

Aku, ini anakmu yah.
Rindu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun