Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Dua Bahasa: Trisno Kepenggak Kali Brantas (Cintaku Terhalang Sungai Brantas)

2 September 2020   13:15 Diperbarui: 2 September 2020   13:17 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Jawa:

Sumilir angin wengi iki
Tansah gae ati kasmaran
Marang slirahmu sing dadi papujan
Oh nimas wong ayu seng tak tresnani

Sprene suwene dewe bebarengan
Nandang kangen arum dalu
Lintang hanyekseni
Marang sumpah janji prsasetyaning ati

Nanging sak iki, nimas
Dewe kudu biso iklas
Marang pupusing trisno sing kebak welas
Mergo nyebrang kali brantas

Nimas, wong ayu
Ojo dadi pijer ati
Mergo kabeh iki pilihan bapak ibu
Mugo trisno iki kang dumadi

Terjemahan:
Desiran angin malam ini
Begitu membuat hati kasmaran
Kepada kamu yang menjadi pepujaan
Oh adinda cantik yang kusayangi

Begitu lamanya kita bersama
Menyandang kangen seperti harum bunga sedap malam
Bintangpun yang menyaksikan
Dari sumpah janji setia hati

Namun sekarang, Adinda
Kita harus bisa mengiklaskan
Kepada pupusnya cinta yang penuh kasih sayang
Karena kita terhadang sungai brantas

Adinda; cantik
Jangan menjadi tangis sakit hati
Karena semua ini pilihan orang tua
Semoga cinta kita akan benar terjadi

Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Kediri, 02 September 2020

Catatan:
Puisi ini saya buat semata-mata dari pengalaman saya terhadap hal percintaan, cinta yang tak direstui oleh kedua orang tua karena kekasih yang bersebrangan oleh sungai brantas. Yang pada adat Jawa khususnya Kediri itu adalah sebuah larangan (mencari jodoh bersebrangan sungai besar dalam 1 kota). Inilah adat Kediri yang masih kental dengan mitos-mitos leluhur.

Sekian.
Salam santun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun