Di tengah pengap puntung puntung rokok
dan kicau pagi ini
Aku merindukanmu, Riss
Ku tergugah sepenuh diam
Selibat sayu antara rayu terperam
Hingga lenggang kau coba kunci mata
batin yang melata
: sebait kenang, yang memeluk hening ; ku jaga
Riss,
Sudut ku terenggut, mengais pahit terekam manis
Memucuk punguk, mencecar mahar terperam perih
Semburat, sungguh mahkotamu telah beruban sinis
Mengoyak, menyalak dan melabrak pedih!
Bagaimana kabarmu, Riss?
Aku kini sedang tak baik-baik saja
Merindukanmu
Tapi mana mungkin aku mencintai permaisuri:
Memandang sekejap pun aku tak berani
apalagi beradu hati berisi laut kasmaran insani
Mungkinkah aku bisa bercinta dengan permaisuri?
Melangkah seingsut pun kaku kedua kaki
Apalagi bersanding bermain badai asmara suci
Mana mungkin aku memadu cinta berdua:
bersua sejenak pun cuma impian semata
Apalagi menyatukan raga ciptakan rimba cinta
Riss, kini aku tak lagi bisa memandang wajah fotomu
Mungkinkah aku dengan bermadu dengan engkau belahan jiwa?
Maaf Riss, aku tak bisa melupakan namamu,
Salam Rindu, Riss
Dari aku, Abdul Azis
Kediri, 01 September 2020
Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H