Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Retak Lima Garis Malam Menjadi Syair Duka

1 September 2020   00:30 Diperbarui: 1 September 2020   00:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggema suara perih bertakdir lara
Seisi hutan menjerit memanggil hujan
Jejak purnama tumpah pada mata selebar tampah
Rayuan tak luput dalam kebencian yang kau hasut
Bapak tau, anakku bukan kaum adam yang lemah dan gampang dirayu

Nak, indonesia sudah semrawut,
Siapa kuat dia malah takut,
Otot kawat siapapun menjadi pengecut

Nak,kasihan burung garuda telah banyak kutu
Dia lemah bersimpuh darah
Garuda tak lagi gagah

Nak, dengar bapak!!
Retak lima garis malam menjadi syair duka
Sajak liar yang kau tulis teruntuk sebutan tuan
Ranting saja enggan jatuh karena lara
Apa ia merasakan sama, kala hatinya sudah menjadi setan?

Nak, lekaslah bangun dari mimpi
Indonesia maju bukan karena adanya elegi
Tapi dari asa pemuda pemudi
Nak, Tegaplah melangkah bersama hati!!

Nak, ludahmu yang terlontar
Akan diingat sampai ajal
Tuhan tak buta, Nak

Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
31 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun