Menggema suara perih bertakdir lara
Seisi hutan menjerit memanggil hujan
Jejak purnama tumpah pada mata selebar tampah
Rayuan tak luput dalam kebencian yang kau hasut
Bapak tau, anakku bukan kaum adam yang lemah dan gampang dirayu
Nak, indonesia sudah semrawut,
Siapa kuat dia malah takut,
Otot kawat siapapun menjadi pengecut
Nak,kasihan burung garuda telah banyak kutu
Dia lemah bersimpuh darah
Garuda tak lagi gagah
Nak, dengar bapak!!
Retak lima garis malam menjadi syair duka
Sajak liar yang kau tulis teruntuk sebutan tuan
Ranting saja enggan jatuh karena lara
Apa ia merasakan sama, kala hatinya sudah menjadi setan?
Nak, lekaslah bangun dari mimpi
Indonesia maju bukan karena adanya elegi
Tapi dari asa pemuda pemudi
Nak, Tegaplah melangkah bersama hati!!
Nak, ludahmu yang terlontar
Akan diingat sampai ajal
Tuhan tak buta, Nak
Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
31 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H