Ditengah perjalanan menuju Kediri, rombongan Prabu Sewandono terhadang oleh pasukan Prabu Singo Barong yang juga ingin melamar Songgolangit.Â
Maka terjadilah Peperangan yang disebut Rampokan (dalam adegan seni jaranan), namun Prabu Singo Barong kalah dalan peperangan tersebut akibat terkena Pecut Samandiman yang dimiliki Prabu Sewandono.
Singo Barong pun pasrah dan beraedia menjadi pelengkap pertunjukan bersama patihnya Singo Kumbang (Celeng). Maka genaplah pertunjukan Jaranan ditampilkan dihadapan Songgolangit.
Buceng (ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja),dawet dan rujak.
Kembang Boreh (kembang kanthil dan kembang kenongo)
Ulung-ulung (berupa seekor ayam jantan yang sehat)
Kinangan (berupa satu unit gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu diadu dengan tembakau)
Kemudian sang Gambuh berdoa agar diberi kelancaran dalam acara tersebut, kalau dulu gambuh komat kamet mendatangkan ruh untuk merasuki salah satu penari jaranan (Stren)
Biasanya Jaranan Wahyu Sadewo Putro khususnya digelar pada acara-acara tertentu, Bulan Suro, hajat, menyambut tamu penting di daerahnya.
Sampai saat ini Wahyu Sadewo Putro masih sering di gelar, karena kekompakan pemuda-pemuda daerah untuk melestarikan budaya.