Tangan nyaris tak punya untuk melupa
Kiri mengepal dalam panas kepala mengingat
Kanan mengacung mega untuk menghujat
Ya,kami anak bangsa mengais makan tanpa meminta gratis di antara garis
Namamu kini sebanding dengan alif tanpa harokat; tegak lurus berdiri fasih
Nun mati dari kami meng amin
Untuk janji manis sebelum kau terpilih
"Sodara-sodara kalau nanti saya terpilih, kalian akan hidup dengan tentram"
Nyatanya?
Sajak hujat menjadi dongen anak,
Kau tertidur nyenyak
Kritikus tembok ditangkap lalu digembok,
Kau bengak bengok
Ayah kami tidur menggigil di depan toko China sebegitu miris, SATPOLPP menindak karena  dipanggil , kau cengingas cengingis
Pelacur mangkal dengan rok sepaha, diobyak tak hirau lepas sandal
Kau terbahak hihi haha
Aaa...sudahlah
Seribu janji akan terlontar demi yang terlantar
Tak menghirau rakyat mengharap keluar dari pengap
Ini sudah dijadikan syariat melupakan amanat
Yang semua mengecap ucap menjadi laknat
Maaf, ini hanya celoteh anak negeri
Tak mungkin ku bisa memenjarakanmu dalam puisi
Salam pamit
Permisi.
Kediri, 28 Agustus 2020
Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H