ku maknai api ciumanmu tadi malam
sebagai mengikis lumut di batu sebab matahari telah hilangvdari peta birahiku
adakalanya aku harus membunuh
tapi entah apa yang harus kumatikan
tak ada jalan yang sepi
sedang gang-gang telah penuh
oleh bag big bug orang berkelahi
angin beranjak ke sungai
ke meja-meja bar. aku lihat hatimu
terjemur antara roti kering
dan sayuran busuk di meja dapur
entah kapan kita bisa berkumpul lagi
mengisi malam yang becek
menyulam hati yang lembek
sudah lama kita tak tukar cerita
sejak kota terbakar di mana-mana
ranjang hanyut ke balik kabut
nama-nama jalan terendam lumpur
cium aku lebih lama kelak bertemu
biar mabukku jadi berita
biar tubuh kita berkeringat kata-kata
hingga terbaca oleh pengemis cinta
Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Kediri, 24 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H