Mohon tunggu...
Syamsul Arifin
Syamsul Arifin Mohon Tunggu... Editor - editor

Wartawan Magang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pencegahan Tindak Bullying dalam Kampus

12 Juni 2024   23:39 Diperbarui: 13 Juni 2024   00:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu bullying?

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan menyakiti orang lain secara sengaja dan berulang kali. Biasanya, bullying dilakukan oleh individu yang lebih kuat terhadap individu yang dianggap lebih lemah, dengan tujuan mengintimidasi, mendominasi, atau menyakiti korban. Tindakan ini adalah masalah serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, emosional, dan fisik seseorang, dan jika terus berlanjut, dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat berbahaya. Bullying sering terjadi di kalangan mahasiswa dan seringkali tidak mendapat perhatian yang memadai, karena awalnya muncul dalam bentuk interaksi yang dianggap normal seperti ejekan atau lelucon di antara teman sebaya. Banyak orang menganggap bullying adalah hal kecil dan normal dalam kehidupan sehari-hari, padahal sebenarnya bullying adalah perilaku yang tidak normal dan tidak dapat diterima secara sosial. Oleh karena itu, penting untuk menangani masalah ini dengan serius untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan inklusif.

Dimana dan kapan biasanya bullying terjadi?

Bullying adalah masalah yang meluas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Tidak hanya terbatas di lingkungan kampus, bullying juga dapat terjadi di sekolah, masyarakat, tempat kerja, tempat umum, serta lingkungan online. Tidak menutup kemungkinan bahwa bullying dapat terjadi di berbagai situasi ini. Bullying tidak hanya terjadi di antara orang-orang yang saling mengenal atau sering bertemu secara langsung; di era teknologi ini, bullying juga dapat dilakukan melalui gadget, dikenal sebagai cyber bullying, yang bisa berupa pesan atau email, serta komentar negatif di media sosial. Jika kondisi ini dibiarkan, kehidupan di kampus akan kacau dan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh kampus tidak akan sesuai dengan harapan.

 

Siapa yang melakukan bullying?

Kita tidak dapat menentukan secara pasti siapa yang bertanggung jawab atas tindakan bullying, karena pelakunya dapat berasal dari berbagai kalangan dan memiliki latar belakang yang beragam. Bullying dapat dilakukan oleh individu dari berbagai konteks. Menurut penelitian, ada beberapa kelompok yang lebih mungkin menjadi pelaku bullying, antara lain :

  1. Mahasiswa Senior

Perilaku bullying oleh mahasiswa senior sering kali dipicu oleh adanya tradisi senioritas di beberapa universitas yang memberi kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan superioritas dan mendapatkan pengakuan. Pola perilaku ini terkadang menjadi sifat turun-temurun di antara mahasiswa yang lebih muda, yang meniru perilaku yang dianggap keren atau berani oleh senior mereka.

  1. Dosen atau Staf Kampus

Tenaga pendidik, termasuk dosen dan staf kampus, juga dapat terlibat dalam tindakan bullying terhadap mahasiswa. Faktor-faktor seperti penyalahgunaan kekuasaan, masalah pribadi, dan kurangnya pemahaman tentang bullying dapat menjadi penyebabnya.

  1. Pihak Luar Kampus

Pihak dari luar kampus juga berpotensi menjadi pelaku tindakan bullying, tidak hanya individu di dalam lingkungan kampus. Orang tua atau keluarga, misalnya, dapat mendorong anak-anak mereka untuk melakukan perilaku bullying terhadap mahasiswa lain yang dianggap lebih lemah. Selain itu, masyarakat di sekitar kampus yang memiliki persepsi negatif terhadap mahasiswa juga bisa terlibat dalam tindakan bullying terhadap mereka. 

Dalam kasus bullying, terdapat tiga pihak yang terlibat: pelaku, korban, dan saksi. Pelaku umumnya memiliki karakteristik menuntut perhatian, tidak patuh, menantang, ingin menguasai, peduli hanya pada keinginan sendiri, memiliki kekuatan dan kekuasaan atas korban, dorongan untuk menindas yang lemah, dan kurang empati. Korban cenderung memiliki karakteristik lemah, sulit bergaul, rendah diri, tidak pandai, dan memiliki akses yang berbeda. Sedangkan saksi dapat bersikap aktif dalam menyoraki, diam dan acuh tak acuh.

Secara umum banyak sekali faktor yang mempengaruhi perilaku terjadinya bullying, akan tetapi ada beberapa faktor yang umum antara lain :

  1. Kondisi Keluarga Tidak Sehat
  2. Merasa Lebih superrior
  3. Kurangnya Empati dan Pengetahuan
  4. Gangguan Mental
  5. Faktor Sosial dan Lingkungan

Dampak dari perilaku bullying bagi pelakunya meliputi risiko tinggi terhadap perilaku kriminal, mengalami depresi, dan mengalami penurunan harga diri saat memasuki masa dewasa. Sementara itu, dampak bagi korban meliputi rasa takut, frustrasi, isolasi sosial, perubahan perilaku, kecemasan, kelesuan, dan bahkan potensi untuk mencoba bunuh diri.

Upaya pencegahan bullying harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait, seperti individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh upaya pencegahan bullying:

  1. Sosialisasi tentang Bullying
  2. Membuat Aturan yang Tegas terhadap Bullying
  3. Memberikan Dukungan pada Korban
  4. Menjadi Contoh yang Baik
  5. Melawan Bullying
  6. Membantu Pelaku Menghentikan Perilaku Buruk

Menurut beberapa pakar, mereka berpendapat bahwa pendekatan yang efektif haruslah berfokus pada tindakan pencegahan dengan mengadakan kampanye dan program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran, serta menguatkan nilai-nilai moral dalam penggunaan media sosial. Peningkatan nilai empati dan sikap toleransi perlu ditekankan kembali melalui pendidikan kepada seluruh anggota masyarakat. Jika tidak diatasi, tindakan bullying dapat mengakibatkan kerentanan mental dalam masyarakat negara.

Kesimpulannya bullying merupakan tindakan agresif yang sengaja dilakukan berulang kali dengan tujuan menyakiti orang lain, dan ini merupakan permasalahan serius yang bisa terjadi di berbagai tempat, termasuk kampus. Dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, emosional, dan fisik korban sangat besar dan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani. Siapa pun bisa menjadi pelaku bullying, baik itu mahasiswa senior, kelompok mahasiswa, dosen, staf kampus, atau bahkan pihak luar. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying antara lain lingkungan keluarga yang tidak sehat, model perilaku yang dilihat, rasa kuasa, kurangnya empati, gangguan mental, serta faktor sosial dan lingkungan.

Baik pelaku maupun korban bullying mengalami kerugian besar, termasuk risiko perilaku menyimpang, depresi, isolasi sosial, bahkan percobaan bunuh diri. Upaya pencegahan bullying di lingkungan kampus harus melibatkan semua pihak terkait, seperti melakukan sosialisasi, menegakkan aturan dengan tegas, memberikan dukungan kepada korban, memberikan contoh perilaku yang baik, melawan bullying secara konstruktif, dan membantu pelaku untuk mengubah perilaku mereka yang merugikan. Edukasi dan peningkatan nilai empati serta toleransi sangat penting untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun