Mohon tunggu...
Leovaldy YudhisPriadi
Leovaldy YudhisPriadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional - Universitas Jember

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa Itu Big Mac Index?

28 Maret 2023   20:17 Diperbarui: 28 Maret 2023   20:30 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Big Mac Index merupakan indeks harga yang menjadi tolak ukur ekonomi dan inflasi suatu negara. Awalnya, Big Mac Index dijadikan tolak ukur ekonomi sebuah negara oleh seorang jurnalis berkebangsaan Inggris. Jurnalis tersebut bernama Pam Woodal yang bekerja di majalah internasional The Economist. 

The Economist mulai menjadikan Big Mac Index sebagai tolak ukur ekonomi dan inflasi suatu negara semenjak tahun 1986. Pada saat itu, McDonald sedang melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh negara yang mencakup makanan yang beraneka ragam rasa. Dari berbagai makanan yang di keluarakan oleh McDonald di setiap negara hanya terdapat satu jenis makanan yang hampir sama di miliki oleh setiap negara yaitu Big Mac.

Big Mac Index memiliki keterkaitan dengan sebuah teori ekonomi yang bernama 'paritas daya beli' (PPP). Purchasing Power Parity atau paritas daya beli merupakan sebuah teori atau konsep ekonomi yang digunakan untuk menyelaraskan harga sekumpulan barang yang identik di negara yang berbeda dengan menggunakan hukum satu harga. Jadi inti dari paritas daya beli ialah disaat ada sekumpulan barang yang identik walaupun berada di lokasi yang berbeda itu memiliki harga yang sama.

Ketika ada perbedaan harga maka hal tersebut merefleksikan nilai nominal dari nilai mata uang yang digunakan. Untuk membuktikan hal itu dibutuhkan penyesuaian kurs supaya dapat mencapai harga yang sama. Paritas daya beli ini juga memiliki kekurangan dan keterbatasan seperti banyak hal dalam penentuan komponen harga yang tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Disamping kekurangan dan keterbatasannya, paritas daya beli masih digunakan dalam perhitungan GDP, GDP per kapita, dan juga PNB.

Nilai tukar paritas daya beli Big Mac di dapatkan dengan melakukan pembagian harga Big Mac pada dua negara. Pembagian harga yang dimaksud yaitu nilai dari masing-masing mata uang kedua negara. Nilai mata uang tersebut selanjutnya dipadankan dengan nilai tukar di pasar yang sesungguhnya. Apabila nilai dari mata uang tersebut lebih rendah maka berdasar teori Purchasing Power Parity atau paritas daya beli mata uang tersebut mengalami undervalued. Sebaliknya, jika nilai dari mata uang tersebut lebih tinggi maka berdasar teori Purchasing Power Parity atau paritas daya beli mata uang tersebut mengalami overvalued.

Big Mac memiliki ragam harga yang sangat berbeda di setiap negara. Per Januari 2022, Big Mac dengan harga paling mahal terdapat di negara Swiss dan Big Mac dengan harga paling murah terdapat di negara Rusia. Harga Big Mac di Swiss mencapai 7,37$ jika dikonversikan terhadap dollar sedangkan harga Big Mac di Amerika Serikat hanya mencapai 5,81$ artinya mata uang swiss mengalami overvalued terhadap dollar sebesar 20,2% yang menyebabkan harga produk domestik lebih mahal dari pada harga di luar negeri.

Harga Big Mac di Rusia sekitar 2$ jika dikonversikan terhadap dollar Amerika Serikat artinya mata uang rusia mengalami undervalued sebesar 70% yang menyebabkan harga domestik menjadi lebih murah dari pada harga di luar negeri.

Big Mac Index dapat digunakan juga untuk melihat inflasi di suatu negara. Jika terjadi inflasi pada suatu negara maka akan menyebabkan nilai mata uang turun dan harga produk semakin naik termasuk halnya dengan Big Mac. Per Januari 2022, Big Mac dengan urutan harga paling mahal terdapat di negara Swiss, Norwegia, dan Swedia. Ketiga negara dengan harga Big Mac paling mahal tersebut ternyata mengalami inflasi yang cukup tinggi. Inflasi di Swiss menyentuh angka 3,50%, inflasi di  Norwegia menyentuh angka 7,5%, dan inflasi di Swedia menyentuh angka 11,5%.

Big Mac Index memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Big Mac Index sendiri ialah kemudahan dan kepraktisannya dalam menilai mata uang, apakah mata uang tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi (overvalued) atau sangat rendah (undervalued) terhadap nilai mata uang lain. Selain itu, Keterbatasan dari Big Mac Index juga cukup banyak seperti halnya dengan batasan geografis. Hal itu dikarenakan tidak semua negara memiliki outlet McDonalds. Seperti halnya di benua Afrika hanya terdapat tiga negara saja yang memiliki outlet McDonald yaitu Afrika, Mesir, dan Maroko.

Banyak negara di dunia dengan restoran cepat saji berskala internasionalnya cenderung menjual dengan harga lebih mahal daripada restoran lokal. Permintaan Big Mac di negara-negara berkembang seperti India juga tidak terlalu tinggi permintaan Big Mac-nya ketimbang dengan negara maju seperti Amerika Serikat. Keterbatasan yang lain dari Big Mac Index itu sendiri yaitu komponen-komponen penting dalam penentuan harga (pajak, biaya pengiriman, kompetitor, biaya promosi) tidak masuk dalam Big Mac Index.

Dibalik kekurangan dan keterbasannya, Big Mac Index juga menuai kritikan karena dianggap memiliki indikator yang tidak akurat. Kritikan tersebut berupa alasan seperti komposisi Big Mac di setiap negara cukup berbeda karena dipengaruhi budaya dan selera masakan lokalnya, status dari Big Mac di setiap negara tidak sama sebagai contoh Big Mac di Amerika Serikat menjadi produk yang sangat terkenal sedangkan di negara-negara Asia Big Mac dianggap sebagai hidangan yang unik sehingga mempengaruhi harga dan permintaannya, dan terdapat negara seperti India yang tidak dapat memproduksi roti daging sapi dengan alasan religius.

Walaupun Big Mac Index memiliki banyak kekurangan, keterbatasan, serta kritikan. Big Mac Index masih tetap dapat diterima sebagai daya ukur paritas daya beli oleh para ahli dikarenakan kemudahan dan kepraktisannya. Dalam arti lain, Big Mac Index cukup relevan dalam menggambarkan ilustrasi dasar atau proyeksi yang sangat awal tetapi tidak bisa digunakan untuk perhitungan kajian atau analisis yang lebih mendalam. Dengan adanya Big Mac Index juga dapat membantu para investor dalam memperoleh gambaran perubahan nilai mata uang dan inflasi dari waktu ke waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun