Seingat saya, Bang Anton ini  dulunya preman. Waktu kecil dulu takut juga macam-macam dengannya.
Tahu saya sekarang di Jakarta, Bang Anton kemudian bercerita, dulu dia juga pernah merantau di Jakarta dan Sumatera.
Mulai dari jadi kuli pabrik, pengamen, sampai tangan kanan preman terminal pernah dijabaninya.
Lama juga dia bercerita, sampai tak terasa Arab sudah kalah 0-3 dari Rusia.
"Ayo bantu Abang membuat Rumah Seni," ujar Bang Anton. Namun seketika berubah pikiran saat melihat tubuhku yang kecil ringkih. "Tapi melihat rupamu, entah bisa tidak kau mengangkat sebatang kayu."
Haha, Bang Anton memang bisa saja.
Satu hal yang membuat dia berbeda dari Seniman Dayak lainnya adalah, jenis kerajinan yang dibuatnya lebih inovatif.
Jika yang lain fokus membuat benda-benda pajangan, ornamen, dan hiasan-hiasan di dinding rumah, Bang Anton membuat kerajinan yang bisa dipakai. Namun tetap mempertahankan konsep kesenian Dayak.
Bang Anton menggunakan kulit kayu, yang didapatkan dari hutan-hutan Kalimantan sebagai bahan baku utama keseniannya.