Mohon tunggu...
Leopoldus Sudirman
Leopoldus Sudirman Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA UNIKAMA

LEOPOLDUS SUDRIMAN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komentar Sastra pada Puisi "Aku Ingin"

28 Juni 2022   11:30 Diperbarui: 28 Juni 2022   11:37 4054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi "Aku Ingin" diciptakan oleh Sapardi Djoko Damono dan puisi ini juga  termasuk dalam jenis puisi sastra modern/baru yang tidak terikat oleh aturan.

Pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam puisi "Aku Ingin" menceritakan tentang perasaan sang penulis yang mencintai pujaan hatinya secara sederhana dan apa adanya, tidak mengharapkan imbalan maupun belas kasihan. Dijelaskan pada larik "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana" merupakan ketulusan sang penulis dalam mencintai Suasana perasaan hati saya setelah membaca puisi ini,saya merasa sangat kagum dan juga senang terhadap kata-kata Aku ingin mencintaimu dengan sederhana ,karena kata-kata itu membuat suasana perasaan hati saya sangat senang,dan kagum. Makna lambang kata Abu dalam puisi tersebut adalah 'pengorbanan'

Dalam puisi Aku Ingin karya Sapardi Joko Darmono di atas, terdapat 6 larik. Terdapat pengulangan larik "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana" yang membuktikan bahwa puisi tersebut ingin menyampaikan bahwa sosok aku sangat mencintai seseorang dengan tulus.

Diksi utama pada puisi ini adalah: cinta, api, abu, hujan, awan, sederhana, dan tiada. Diksidiksi yang dipilih kemudian membawa kepada pemahaman akan makna puisi yang merujuk pada makna cinta yang sederhana.

Dalam rangka membangun makna, majas pada puisi ini didominasi oleh majas paralelisme. Paralelisme adalah majas pengulangan yang dimaksudkan adanya penegasan. Paralelisme yang digunakan adalah paralelisme dengan mengulang larik 1 pada bait 1 dan larik 1 pada bait 2. Pengulangan larik-larik pada kedua bait ini berimbas pada konsep yang dibangun pada puisi. Dengan kata lain, majas menjadi penguat di dalam membangun tema puisi yang lebih komprehensif, utuh, dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun