Mohon tunggu...
Leony Pramono
Leony Pramono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Inilah Penyakit Pembawa Kematian pada Bayi

24 November 2017   21:16 Diperbarui: 24 November 2017   21:29 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tubuh kita merupakan tempat bagi triliunan sel darah. Sel-sel darah inilah yang membawa oksigen, zat besi, dan juga nutrisi lain yang diperlukan oleh tubuh kita. Sejak berada di dalam kandungan, sistem peredaran darah kita sudah mulai bekerja. Namun mungkinkah sel darah ibu bertentangan dengan sel darah bayi yang sedang dikandungnya? Jawabannya adalah sangat mungkin, kondisi ini biasa disebut eritroblastosis fetalis. Eritroblastosis fetalis adalah suatu kondisi dimana sistem imun atau antibodi yang dimiliki oleh ibu menyerang sel darah merah bayinya. Penyakit ini juga sering dikenal dengan sebutan hemolitik atau pecahnya sel darah merah pada bayi yang baru lahir.

Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit ini dapat terjadi? Ada dua penyebab utama yang dapat menimbulkan eritroblastosis fetalis. Hal ini memiliki kaitan yang erat dengan golongan darah.

Penyebabnya yang pertama adalah perbedaan golongan darah ABO. Seperti yang kita ketahui, golongan darah dibedakan menjadi empat yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Eritroblastosis fetalis dapat terjadi ketika golongan darah ibu tidak sesuai dengan golongan darah janin yang dikandungnya. Kondisi ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Akan tetapi, kadang-kadang janin dapat membawa suatu antigen langka yang dapat memperbesar resiko terjadinya eritroblastosis fetalis.

Penyebab yang kedua dan yang paling utama adalah perbedaan faktor Rhesus (Rh). Sistem rhesus membedakan darah menjadi dua golongan yaitu golongan positif dan golongan negatif. Golongan rhesus positif memiliki antigen yang disebut dengan RhD, sedangkan rhesus negatif tidak memiliki antigen. 

Apabila antigen rhesus pada darah rhesus positif masuk ke dalam sirkulasi darah rhesus negatif, maka tubuh orang rhesus negatif akan membentuk antibodi untuk melawan antigen dari darah rhesus positif tadi.  Sama halnya dengan eritroblastosis fetalis yang biasa terjadi apabila seorang laki -- laki yang bergolongan darah rhesus positif menikah dengan wanita yang begolongan darah rhesus negatif, maka kemungkinan besar anak yang nantinya dikandung akan memiliki rhesus positif.

Pada dasarnya, sel darah merah pada janin memiliki antigen yang tidak dimiliki oleh ibu. Sehingga janin yang memiliki antigen RhD ini dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan memicu tubuh sang ibu untuk menghasilkan antibodi yang berguna untuk melawan antigen tersebut. 

Apabila anak yang dikandungnya merupakan anak pertama, perbedaan rhesus ini belum menjadi masalah besar dan belum menimbulkan masalah eritroblastosis fetalis. Akan tetapi, ketika bayi dengan Rh positif telah lahir, tubuh sang ibu telah membentuk antibodi yang cukup kuat untuk melawan faktor perbedaan rhesus ini, yang mana akan menyerang sel darah merah janin di kehamilan selanjutnya. Resiko terbentuknya antibodi anti Rh pada kehamilan pertama yaitu sekitar 8%, sedangkan pada kehamilan kedua resikonya meningkat menjadi 16%. Ibu yang memiliki perbedaan rhesus dengan bayinya hanya dapat memiliki 1 dan maksimal  2 anak. Anak yang ketiga dan seterusnya akan meninggal karena antibodi dari tubuh ibunya sudah sangat kuat.

Hal ini tentunya sangat membahayakan bagi bayi yang sedang dikandung oleh ibunya serta berpotensi tinggi mengalami kematian. Maka, ada baiknya apabila kita dapat mendiagnosa penyakit ini terlebih dahulu. Untuk dapat mendiagnosa penyakit eritroblastosis fetalis, dokter akan melakukan tes darah bagi ibu yang mengandung tersebut. Biasanya, tes ini dilakukan pada kunjungannya yang pertama ke dokter kandungan

. Tes ini bertujuan untuk menentukan golongan darah dan juga rhesus yang dimilikinya. Tidak hanya ibu saja yang melakukan tes darah tetapi darah milik ayahnya juga akan dicek. Apabila darah dari ayah memiliki rhesus negatif, tidak diperlukan tes lebih lanjut karena tidak akan menimbulkan resiko eritroblastosis fetalis. Tetapi jika darah ayahnya memiliki rhesus positif, atau ia memiliki antibodi anti Rh, darah sang ibu akan dicek lagi di usia 18-20 minggu kehamilan dan juga nantinya saat usia kandungan menginjak 26 hingga 27 minggu.

Sangat jarang dilakukan tes darah bagi janin yang sedang berada di dalam kandungan. Hal ini sangat sulit dilakukan dan apabila dilakukan akan meningkatkan resiko penyakit komplikasi pada janin. Sebagai gantinya, darah sang ibulah yang akan terus dipantau dengan melakukan pengecekan darah secara rutin selama kehamilan, kira-kira setiap dua hingga empat minggu sekali. Apabila terdeteksi adanya peningkatan antibodi anti Rh pada darah sang ibu, maka dokter akan merekomendasikan untuk melakukan tes terhadap aliran darah bayi dan apakah sel darah merah bayi ada yang pecah.

Lalu pertanyaannya adalah dapatkah kita mencegah dan mengobati penyakit ini apabila terjadi pada bayi kita? Bagaimana cara mengobati penyakit ini? Nah, menurut pandangan penulis sendiri, saya meyakini bahwa penyakit eritroblastosis fetalis ini sangat bisa dicegah dan diobati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun