Begitu dasyatnya udara  topan dengan daya yang mematikan menghempas apapun tanpa ampun.
Padahal badan ini ringkih, bukan bambu yang melenting lenting meliukkan kestabilan jika Topan menyapa amarahnya.
Tirus-tirus keriput manusiaku telah terlihat, namun badai Topan menghancurkan tanpa jeda.
Pengalaman amatir manusia hanya butuh perlindungan dari bahaya  bukan tahan gelombang Topan.
Topan membawa dalam aliran angin, membanting, melempar, hingga menggulingkan rangkaku tanpa henti.
Tak bisakah Topan mengerti aku ini hanya jasad kering siap dibanting.
Perlakuan Topan mencambik setiap detail ragaku tapi bukan jiwaku.
Dalam gulungan Topan, akalku tetap berharap tanganNya membiarkan aku hidup, bertahan sejenak demi kehidupan baruku yang pernah setengah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H