Mohon tunggu...
leony meigawati stiani stiani
leony meigawati stiani stiani Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laskar Pelangi Papua!!!

11 Januari 2014   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papua merupakan daerah yang Memiliki Otonomi Kusus namun kenapa orang papua terjajah di daerahnya sendiri. Sebagian kecil warga asli papua telah menikmati keistimewaan dari pemerintah namun Siapa yang tau bahwa banyak sebagian rakyat papua menjadi buruh di daerhnya sendiri. Jangankan Rumah permanen, baju untuk sehari-hari saja mengharapkan pemberian dari orang lain, suku papua hidup berkelompok sehingga membuat peradapan sendiri di tengah hutan. Salah satu suku yang saya temui yaitu suku kokoda. Mereka jauh dari peradapan Jika ingin ke kota harus berjalan beberapa kilo atau menumpang truk yang sekedar lewat.

Saya seorang mahasiswa Fakultas keguruan yang ingin sedikit berbagi ilmu pada anak-anak asli suku papua yang merupakan generasi penerus suku papua. Meskipun suku papua identik dengan budaya mabuk-mabukan, pemalas, seks bebas ,kekerasan, dan tertinggal namun hati ini terketuk untuk mengubah generasinya untuk menjadi lebih baik, namun tidak bisa di pungkiri lagi bahwa generasi suku papua masih memiliki gen dari orang tuanya sehingga memiliki sifat cenderung keras. Ada pepatah mengatakan “ jika mendidik anak diwaktu kecil bagaikan mengukir di atas batu namun jika mendidik orang dewasa bagaikan melukis diatas air” jadi jika kita tidak bisa memperbaiki penduduknya mudah-mudahan kita bisa memperbaiki generasinya. Menanamkan kebaikan pada anak kecil sama seperti menanam kebaikan kelak dewasa nanti.

Penduduk asli papua tidak begitu memahami pentingnya pendidikan sehingga mereka tertindas di wilayahnya sendiri. Harta yang paling berharga adalah ilmu namun untuk mereka jangankan memikirkan ilmu, memikirkan memiliki rumah yang layak (Permanen) saja tidak terfikirkan. Yang mereka fikirkan hanyalah bagaimana bisa makan hari ini dan esok lebih tepatnya mereka hanya menyambung hidup. Mereka tinggal di pondok-pondok yang beratapkan daun sagu, terpal atau bekas baliho kampanye. Sangat miris karna kampung ini berada sekitar 5 km dari rumah bupati sorong.

Berangkat dengan teman sekitar 5 orngkita memasuki kampung kokoda dengan memakai sepeda motor. Perjalanan yang tidak mulus sudah biasa kami lalui terkadangtanah yang basah setelah hujan membuat roda ban kami tergelincir namun semangat untuk berbagi ilmu kami tetap membara.

Kami belajar di musola papan lebih tepatnya di pondok kayu. Jangankan kuba masjid, tempat berwudhu, speker untuk mengumandangkan azan, pintu pun tak ada, ditambah lagi dinding musola yang hanya setengah terbuat dari triplek. Tak bisa dibayangkan jika hujan tiba apakah air dapat terhalang masuk atau tidak? Kelas kami terbagi 3 kelas yaitu TK, kelas 1, dan kelas 2 namun tidak ada pembatas kelas seperti film “ Laskar Pelangi” yang sekolahnya tidak memiliki pembatas dan sangat sederhananya sekolah mereka. Namun dengan kesederhanaan tersebut anak murid kami tetap bersemangat menuntut ilmu akan tetapi tak jarang ada sebagian anak murid kami tidak masuk sekolah karena mencari karang membantu orang tuanya. Kita sebagai mahasiswa dapat lebih bersyukur ternnyata masih banyak yang ingin menuntut ilmu namun terhalang oleh keadaan.

Jika setelahusaibelajar mengajar anak-anak didik kami tak langsung pulang entah apa yang mereka tunggu ternyata mereka ingin mengantarkan kami. Sepanjang perjalanan mereka berlari mengejar motor kami sambil melambaikan tangan seraya mengungkapkan rasa terimakasih mereka. Semoga sedikit yang kita lakukan tapi berdampak besar dan bermanfaat bagi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun