Mohon tunggu...
Leony VitaArtanti
Leony VitaArtanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Masyarakat acap kali menganggap bahwa waria merupakan bagian dari anomali manusia. Namun, bukankah tidak ada pengecualian untuk memandang setiap insan melalui kacamata kemanusiaan?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembuatan Wayang Sampah Plastik Berbasis QR Code sebagai Media Pembelajaran dalam Rangka Pemberdayaan Waria

31 Agustus 2021   20:00 Diperbarui: 31 Agustus 2021   20:05 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim PKM-PM Wansaplas Universitas Gadjah Mada berinovasi melakukan pemberdayaan waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta dalam pembuatan wayang sampah plastik berbasis QR code sebagai media pembelajaran. Pondok pesantren tersebut terletak di dusun Calenan, RT 9/RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. 

Program pemberdayaan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan keterampilan kepada waria. Harapannya dengan keterampilan tersebut, mereka dapat meningkatkan kreativitas yang mereka miliki untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Hal tersebut dilakukan karena dalam kehidupan sehari-hari, waria sering mendapatkan perlakuan yang berbeda (diskriminasi) akibat status sosial yang dimiliki dan dianggap sebagai anomali manusia sehingga menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar.

Di sisi lain, tidak jauh pondok pesantren tersebut terdapat TPST(Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) terbesar di Yogyakarta yaitu TPST Piyungan yang setiap harinya menghasilkan banyak sekali sampah plastik. Dengan jumlah sampah kantong plastik yang sangat banyak, tentunya akan menimbulkan permasalahan lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara. 

Oleh sebab itu, tim PKM-PM Wansaplas UGM yang beranggotakan Leony Vita Artanti (Fakultas Teknologi Pertanian/FTP), Muhammad Najmi Mumbada (FTP), Roykhana Purwita (FTP), dan Al-Viyah Rahmaidah (FMIPA) dengan dibimbing oleh dosen pendamping Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc, menggagas sebuah ide untuk memanfaatkan sampah kantong plastik menjadi sebuah barang yang memiliki nilai ekonomis dan membawa banyak manfaat bagi masyarakat luas. Ide tersebut adalah  pembuatan media pembelajaran berupa wayang yang terbuat dari sampah kantong plastik dengan basis QR code.

Media pembelajaran berupa wayang dipilih karena bersifat interaktif dan dapat melatih kemampuan public speaking. Wayang  tersebut akan dikemas dan dilengkapi dengan QR code yang merupakan tautan untuk membuka referensi cerita yang dapat dimainkan dengan menggunakan wayang sampah plastik. Hal ini diciptakan untuk mengikuti era digitalisasi dan juga demi kemudahan konsumen dalam mengakses dan menyimpan resferensi cerita secara praktis. Ide ini akan diwujudkan melalui sebuah program yang diterapkan sebagai kegiatan wirausaha.

Pemberdayaan ini telah dilakukan sejak 1 Juni 2021 dan saat ini telah berhasil menyelesaikan tahap produksi wayang sampah plastik berbasis QR code. Program ini berhasil mendapatkan pendanaan PKM-PM oleh Kemenristek Dikti tahun 2021. Nantinya, produk tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan market place.

Dokpri
Dokpri

Untuk membantu proses pemberdayaan tersebut tercapai, tim PKM-PM Wansaplas UGM memberikan pelatihan secara daring dan luring kepada mitra. Pelatihan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap produksi, hingga tahap pemasaran. Pelatihan secara daring dilakukan melalui zoom dengan menggunakan media pelatihan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sedangkan pelatihan secara luring dilakukan secara langsung di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Menurut Eko, dosen pendamping yang aktif membimbing KKN-PPM UGM ini, selama ini waria di mata masyarakat terkadang terpinggirkan dan dipandang sebelah mata. Seolah-olah apa yang ada di dalam diri mereka selalu tidak benar dan tidak pantas. Harapannya dengan program pemberdayaan waria lewat mahasiswa PKM ini dapat menggali ide-ide kreatif mereka dan dapat memberikan peluang usaha sehingga jika pelatihan ini ditekuni menjadi usaha yang produktif untuk menghasilkan wayang plastik.  Di sisi lain, waria juga dapat mempunyai profesi sebagai pendongeng yang dapat mendongeng pada acara tertentu atau di sekolah TK dan PAUD.

Sinta Ratri, selaku ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta memberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada tim Wansaplas UGM atas ide dan gagasan yang telah diberikan. Sehingga program tersebut dapat merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian dalam program semacam itu. Dengan adanya program pemberdayaan tersebut pihak mitra mengaku mendapatkan banyak pelatihan yang dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha yang mandiri. 

Wayang sampah plastik yang telah berhasil diproduksi juga dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi kelompok-kelompok belajar pada tingkat pendidikan dasar. Sinta Ratri juga mengucapkan terimakasih kepada tim Wansaplas UGM yang sudah dengan sabar dan tekun membimbing teman-teman waria. Harapannya hal ini dapat menjadi inspirasi untuk komunitas yang lain, atau mahasiswa-mahasiswa lain untuk terus mengembangkan ide dan kreativitasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun