Mohon tunggu...
Leonides AlfinoTrisandena
Leonides AlfinoTrisandena Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FISIP UAJY

Masih Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

9 Orang Berpakaian Adat Budaya Nusantara Indonesia pada Desain Mata Uang Rupiah, Suku Dayak Menjadi Sorotan

19 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:41 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu dalam rangka hari ulang tahun ke-75 Republik Indonesia, Bank Indonesia berhasil menarik perhatian banyak masyarakat terkait keluarnya pecahan mata uang Rupiah yang baru yaitu pecahan 75.000 Rupiah yang dimana terlihat pada desain foto uang itu terdapat sembilan orang berpakaian adat budaya nusantara di Indonesia. 

Hal yang menarik dari semua desain foto uang itu terdapat sembilan orang berpakaian adat budaya nusantara di Indonesia itu adalah tentang adanya gambar baju adat dayak Kantuk di uang tersebut mengingat desain tentang suku dayak jarang sekali diangkat menjadi desain mata uang Rupiah. 

Fakta menarik tersebut telah diangkat menjadi berita lokal melalui Koran Tribun Pontianak. Berita yang diangkat tersebut berjudul 'Maryata Tak Menyangka Baju Adat Dayak Kantuk Kapuas Hulu Kalbar Masuk Pada Uang Pecahan 75.000'. 

Maryata yang merupakan Owner Warsada (Warisan Budaya Nusantara) Galeri Pontianak menjelaskan bahwa baju adat tersebut merupakan baju adat Dayak Kantuk Kapuas Hulu, Putussibau, Kalimantan Barat yang dimana itu merupakan pakaian busana wanita adat Dayak Kantuk yang terdiri dari lilitan kain tenun yang diproduksi secara tradisional yaitu dengan kerajinan tangan.

Suku dayak merupakan suku asli yang menempati pulau borneo atau yang kita kenal sebagai pulau Kalimantan. Namun, pengertian Dayak disana sebetulnya bukanlah hanya nama sebuah suku. Di pulau Kalimantan, orang biasa memanggil dengan sebutan "Orang Dayak" dalam bahasa Kalimantan secara umum artinya adalah "Orang Pedalaman" yang jauh dari kehidupan kota. 

Sehingga dengan begitu panggilan tadi bukan hanya dikhususkan untuk sebuah suku saja, akan tetapi terdapat bermacam-macam suku, karena pada dasarnya pada dasarnya suku dayak terbagi-bagi menjadi ratusan sub suku dayak yang tersebar diberbagai wilayah di pulau Kalimantan, mulai dari ujung barat sampai timur maupun dari utara sampai selatan.

Masyarakat suku dayak juga pada awalnya tidak langsung memilih tinggal di dalam pedalaman. Akan tetapi tatkala orang Melayu dari Sumatera dan Tanah Semenanjung Melaka datang orang Dayak menyingkir lama kelamaan bertambah jauh ke daerah pedalaman Kalimantan.

Kehidupan sosial masyarakat suku dayak masih lekat dengan kepercayaan adat, namun mereka juga tetap mengadaptasi kehidupan modern, bahkan memiliki toleransi beragama yang kuat di sana karena pada dasarnya, masyarakat di sana masih menjalankan tradisi nenek luhur secara turun-temurun dalam kehidupan sosialnya. 

Masyarakat suku Dayak masih memegang teguh kepercayaan akan tempat-tempat tertentu, benda-benda tertentu seperti batu-batu, pohon-pohon besar, danau, dan lain-lainnya yang mereka biasa disebut sebagai Jubata untuk sebutan Tuhan yang tertinggi. Agama yang masyarakat suku dayak anut kini juga sangat variatif yang dimana masyarakat suku dayak yang beragama Islam akan tetap mempertahankan etnisnya tetap sebagai orang Dayak, demikian juga bagi masyarakat suku dayak Dayak yang beragama Kristen, Hindu, maupun Budha. Sehingga dapat dikatakan walaupun mereka memilik perbedaan dalam hal keyakinan yang dianut, tapi mereka selalu memegang teguh dan menganggap dirinya tetap sebagai seorang etnis suku dayak. 

Dunia supranatural Suku Dayak juga hal yang menarik di mana memang sudah sejak jaman dulu hal tersebu merupakan ciri khas dari kebudayaan suku Dayak. Bahkan sempat banyak orang di luar sana menyebut bahwa suku Dayak sebagai suku yang suka memakan manusia atau kanibal.  Namun jika kalian tau, pada kenyataannya bahwa  Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai dan sangat ramah, namun asal mereka tidak diganggu dan ditindas semena-mena.

Ciri khas yang menandai bahwa orang dayak juga cukup mudah, di mulai dari pekerjaan mereka yang sebagian besar merupakan pertanian dan berladang, serta tempat tinggal mereka yang rata-rata di pedalaman ataupun dengan hutan-hutan. Alasanya dipilihnya tempat tersebut dikarenakan masyarakat suku dayak percaya dan dekat dengan alam serta beranggapan bahwa alam telah menyediakan segala hal yang dapat memenuhi kehidupan mereka sehingga tinggal menggunakan dan memanfaatkannya. 

Selain itu juga dikarenakan sebagian besar ladang masyarakat suku dayak di hutan yang menyebabkan mereka harus membentuk suatu pemukiman agar dekat dengan ladang mereka. Disisi lain,  masyarakat Dayak memiliki tradisi berladang berpindah, sehingga dari tahun-ketahun mereka mencari hutan yang dinilai subur untuk berladang dan bercocok tanam sebagai mata pencaharian demikian seterusnya.

Mengingat suku dayak terdiri dari banyaknya suku itu sendiri sehingga kehidupan sosial budaya suku dayak juga tidak dapat kita sama ratakan setiap wilayahnya karena memiliki hal yang menjadi pembedanya sendiri. Seperti di Kalimantan Tengah memiliki etnisitas yang relatif berbeda dibandingkan dengan Kalimantan Barat dan daerah lainnya. 

Mayoritas etnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah etnis suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dan lain sebagainya. Sedangkan di Kalimantan Barat juga mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan tiga suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Tionghoa (Cina), Dayak, Melayu atau biasa disingkat dengan TIDAYU.

Kesenian suku dayak juga beraneka ragam mulai dari tari, musik, hingga pakaian adatnya. Kesenian suku dayak mengikuti dari mana etnis suku dayak tersebut karena kesenian etnis suku dayak yang satu akan berbeda dengan etnis suku dayak yang lainnya. Di dalam hal tari, gerakan yang ditampilkan berbeda-beda setiap etnis suku dayaknya, ada yang energik, keras, lemah gemulai, halus dan sebagainya. 

Pakaian adat suku dayak tiap daerah juga memiliki perbedaan  yang seperti contohnya di Kalimantan Barat dimana pakaian adatnya dipengaruhi oleh suku dayak dan suku melayu. Pada umumnya pakaian adat suku dayak terbuat dari kulit kayu yang telah dipukul-pukul serta direndam beberapa lama. 

Setelah itu dikeringkan dan dijahit atau anyam serta ditambahkan aksesoris seperti tulang. Namun mengikuti zaman saat ini, penggunaan kulit kayu digantikan dengan kain karena lebih mudah dan simple pengerjaannya serta juga aksesoris yang digunakan banyak memakai manik-manik. Kesenian suku dayak yang beraneka ragam tersebut hanya bisa terpengaruh dari kehidupan masyarakat pada tempat tersebut sehingga makanya tiap daerah berbeda-beda.

Namun demikian, ada satu hal sama dari setiap Sub etnis suku Dayak satu dengan lainnya yaitu memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari suku dayak, senjata ini tidak lepas dari pemiliknya dan akan selalu dibawa kemana pun pergi di ikat di pinggangnya. 

Hal tersebu berarti, kemanapun masyarakat suku dayak pergi, mandau akan selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan) orang Dayak. Selain itu juga, Mandau yang dibawa sebagai alat pertahanan diri, karena keyakinan masyarakat bahwa Mandau memiliki kekuatan dari roh leluhur sehingga dapat bergerak dan mepertahankan diri dari serangan. Penggunaan Mandau juga bukan  dari sembarangan orang sehingga yang bisa menggunakannya berarti mempunyai ilmu atau tetinggi dalam etnis suku dayak tersebut.

Oleh karena semua hal itu, pempromosian dan pengenalan suku dayak merupakan suatu hal penting kepada semua orang. Hal tersebut dilakukan guna menunjukkan dan membangun identitas suku dayak kepada masyarakat luas agar diketahui.

Daftar Pustaka

Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning US

Hamid, Darmidi. 2016. DAYAK ASAL-USUL DAN PENYEBARANNYA  DI BUMI BORNEO(1). Vol. 3, No 2. Pontianak. IKIP PGRI Pontianak

Muhammad, Rokib. 20 Agustus 2020. Maryata Tak Menyangka Baju Adat Dayak Kantuk Kapuas Hulu Kalbar Masuk Pada Uang Pecahan 75.000. Tribun Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun