Balada Pagi Sunyi
Danau hari ini masih danau yang kemarin, tenang tak menghanyutkan
Riak sejati tak mengguncang tenteram hati
Berpuluh masa terlampaui beralas kilau  birunya permadani semesta
Peluh menyatu padu  tetes embun saban waktu
Berpuluh masa menimba suka, berpuluh masa berhampa jemari
Sabar, sepatah kata dari lubuk hati sedalam telaga
Pagi menjanjikan sinar, petang merindu purnama
Sisa kelam menyatu cahya fajar di ubun pegunungan
Berangkat tak ditunda memacu kembara mengitar pantai
Nelayan muda mengigau ketiban mujair bersisik perak
Berat mata menggoda mengundang mimpi ketemu dewi fortuna
Tiada riak dari pagi hingga petang, sunyi menggamit hati
***
Dermaga telah menjauh dari pelupuk mata
Geliat juang senantiasa hari ke hari tak kenal kecut jiwa
Menoleh ke belakang tak usah melambai
' Mama Ucok, doakan aku pulang sebelum malam menggulita... '
Angin semilir melintas bukit membius nurani.
mengayuh menyusur air berbayang mega kelabu.
Berjuang tak boleh ditunda, ayo lebih jauh ke timur laut.
Mungkin di sana mujair tua muda menanti, melenggang ekor rindukan pukat.
Sunyi, semakin sunyi. Kicau burung masih sayup.
Seisi kampung belum henti mimpi
Pulangku mungkin temaram senja, tunggu aku di dermaga...
Muara Taput, pagi hari 23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H