Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Pagi Sunyi

20 Juli 2023   14:05 Diperbarui: 20 Juli 2023   14:06 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Balada Pagi Sunyi

Danau hari ini masih danau yang kemarin, tenang tak menghanyutkan

Riak sejati tak mengguncang tenteram hati

Berpuluh masa terlampaui beralas kilau  birunya permadani semesta

Peluh menyatu padu  tetes embun saban waktu

Berpuluh masa menimba suka, berpuluh masa berhampa jemari

Sabar, sepatah kata dari lubuk hati sedalam telaga

Pagi menjanjikan sinar, petang merindu purnama
Sisa kelam menyatu cahya fajar di ubun pegunungan

Berangkat tak ditunda memacu kembara mengitar pantai

Nelayan muda mengigau ketiban mujair bersisik perak
Berat mata menggoda mengundang mimpi ketemu dewi fortuna
Tiada riak dari pagi hingga petang, sunyi menggamit hati
***
Dermaga telah menjauh dari pelupuk mata
Geliat juang senantiasa hari ke hari tak kenal kecut jiwa
Menoleh ke belakang tak usah melambai
' Mama Ucok, doakan aku pulang sebelum malam menggulita... '
Angin semilir melintas bukit membius nurani.
mengayuh menyusur air berbayang mega kelabu.
Berjuang tak boleh ditunda, ayo lebih jauh ke timur laut.

Mungkin di sana mujair tua muda menanti, melenggang ekor rindukan pukat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun