Kawasan yang kini menjadi Kebun Raya Bogor awalnya merupakan bagian dari "samida" (hutan buatan) yang kira-kira didirikan di masa Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) yang memerintah Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan ini dibuat untuk melindungi bibit pohon langka.
Hutan ini terbengkalai setelah kerajaan Sunda runtuh pada abad ke-16. Pada tahun 1744, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mendirikan sebuah taman dan wastu di lokasi Kebun Raya yang sekarang ada di Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Bogor).
Setelah Britania Raya menginvasi Jawa pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan-Gubernur pulau itu dan dia mengambil Istana Buitenzorg sebagai kediamannya. Raffles memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik.Â
Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang yang selanjutnya ditata pemerintah Indonesia tanpa menghilangkan orisinalitas awal.
Pada 1814, Olivia Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
Karena letaknya berdekatan dengan istana yang dihuni presiden untuk istirahat dan aktivitas kenegaraan, tak heran kalau di berbagai sudut kebon raya banyak petugas dari TNI yang siaga penuh melakukan tugas pengawasan. Namun keberadaan para prajurit itu juga membuat pengunjung kebon raya merasa nyaman berwisata. Banyak yang dilihat dan bisa dinarasikan di kebon raya ini, tetapi turunnya hujan juga yang membatasi niat dan langkah lebih jauh.
Rasanya terlalu singkat keberadaan kami di sini. Hujan senja itu seperti mengisyaratkan, cukup dulu sampai di situ. Biar waktu terbatas, minimal sudah banyak yang bisa jadi narasi berharga ketika nanti saatnya pulang ke Sumatera. ( leonardo tssm )Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H