Nika menggeleng-geleng kepala, mengusap mata." Kalian tak bisa memaksa cintaku berakhir di sana. Kalian boleh menawan badanku, tapi tidak hatiku."
Tony menyeringai. "Wah puitisnya".
Nika merasakan betapa muak dan bencinya ia pada Tonny. Tiba-tiba saja tangannya bergerak menampar muka jelek lelaki itu. Tapi tangan Tonny lebih cepat bergerak menangkapnya. Nika meronta. Tonny terbahak.
"Benar-benar gadis liar, pantas nyonya Vera sampai memberi tugas khusus pada kita menjinakkannya."Â
Dirgo dan Ramli tertawa bareng. Bertambah bencinya Nika.
Nika menoleh keluar melihat suasana. Sepertiinya mobil itu sedang melintasi jalan berkelok-kelok. tampaknya makin ramai.
"Kita sudah di mana ini," bertanya Tonny sambil mencium aroma telor rebusm
Ramli yang menjawab," Aku dulu pernah lewat sini mau ke Padang, daerah ini ada pemandian air panas, berarti kita sudah dekat  kota Tarutungm"
"Kita berhenti sebentar di sana Dir beli makanan. Tapi hati-hati Dir kurasa kita sedang dicari polisi," kata Tonny mengingatkan.
Nika berpikir keras. Ada ide muncul di benaknya.
"Aku mau turun nanti," katanya berharap idenya berhasil.