Lebih satu jam Riko baru benar-benar sadar apa yang terjadi. Dokter itu tersenyum lega melihat Riko menatap kamar rawatnya sekeliling. Tapi ia meringis saat menggerakkan kakinya,terasa perih di paha bekas luka tembak dua jam sebelumnya." Untung dia laki-laki kuat, kalau orang lain mungkin sudah tewas kehabisan darah," kata dokter pada gadis perawat itu.
Dokter menelpon polisi bahwa korban penembakan itu sudah membaik kondisinya." saya rasa sudah bisa sekadar ditanya informasi yang dibutuhkan," katanya pada polisi yang menerima telepon$
Semuanya berputar-putar lagi pada memori Riko. Saat awan mendung tanda hujan akan turun, menapaki jalan lembab di pantai,bergandengan tangan dengan Nika, lalu ciuman panjang saat istirahat di balik batu besar, lalu saat akan pulang ke mobil harus menggendong gadis itu karena kelelahan. Dan masih segar dalam ingatan, ketika melihat ban belakang mobil kempes. Kemudian tiga lelaki itu muncul tak terduga, hingga ahirnya perkelahian itu terjadi. Riko juga ingat saat salah seorang menodongnya dengan pistol bahkan menembaknya tepat di paha.
"Apa ada dalam ingatanmu hal lain yang mungkin dapat membantu untuk melacak para pelaku," tanya petugas polisi yang melakukan konfirmasi ke rumah sakit.
Riko mengingat-ingat. Ia mencoba mengingat nomor plat Fortuner. Dia yakin akan nomor yang sempat dilihatnya, juga saat bertemu pertama kali di jalan raya Parapat.
"Yakin itu nomornya?" tanya polisi.
"Kalau nomornya saya ingat betul, hanya serinya saya kurang ingat," kata Riko dengan suara belum normal sekali.Â
Polisi mencatatnya." Ini informasi sangat bagus." Senyumannya optimistis.
Riko mencoba mnyegarkan lagi bagian-bagian akhir yang ada pada ingatannya. Oh ya meski agak samar-samar, ia ada mendengar kata Tele sebelum mereka terdengar menghidupkan mobil.Â
Polisi itu mengerutkan kening. Nah ini juga info sangat penting. Ada kemungkinan besar para pelaku mengambil jalan darat dari Pangururan naik ke Tele. Tapi pertanyaannya, kalau dari Tele terus kemana. Ada dua jalur alternatif untuk keluar. Langsung ke arah Utara via Dolok Sanggul, atau mengarah kanan ke jurusan Sidikalang terus ke Brastagi tembak ke Medan.
Tapi polisi sudah tahu langkah-langkah yang bakal ditempuh. Jaringan sudah dipasang ke Polres di dua jurusan.
"Kini persoalan ada dua. Menyelamatkan gadis itu sekali gus meringkus tiga bandit pelaku." kata komandan polisi yang sejak awal memberi perhatian ekstra terhadap kasus tersebut.
Riko sudah menjelaskan garis besar masalah itu diawali teleponan orang bernama Tonny yang semula mengaku kurir perusahaan rekaman dari Jakarta. Disusul pertemuan pada pesta ulang tahun di Parapat, sampai pertemuan di jalan Panatapan pinggiran Danau Toba di jalan lintas Parapat - Medan. "Pada akhirnya mereka mengancam saya jangan lagi ada hubungan dengan gadis itu."
Polisi itu tersenyum lebar." Jadi motif perkara ini soal gadis itu ya. Berarti ada yang membayar mereka untuk ini."
"Persis pak Polisi," sahut Riko.
"Apa anda kira-kira tahu siapa dalang di belakang ini semua," susul polisi bertanya.
Riko berpikir-pikir, sebelum menjawab. Lalu mengangguk. " Saya tak bisa memastikan. Tapi saya tahu kalau ibu gadis itu sangat tidak menginginkan saya dekat dengan anaknya. Ibunya membenci saya."
Sebelum pergi polisi itu berkata setengah bercanda," selama ini saya tak yakin orang mengatakan cinta itu buta, ternyata kisah kalian ini menjadi buktinya."
Riko dilanda perasaan khawatir berlebihan selama perawatan dirinya. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya meninggalkan tempat itu melakukan pengejaran terhadap para bajingan itu, meski tak tahu mengejar ke mana.
Ia begitu sedih memikirkan Nika, sudah di mana dan bagaimana. Kini Riko merasakan betapa Nika begitu berkorban padanya, demi cinta. Riko kini merasakan darahnya mnggelegak. Dalam hatinya Riko mendirikan tekat bulat, akan menanggung resiko apa pun untuk membalas pengorbanan Nika. " Aku rela mati demi dia. Dia adalah anugerah terindah dalam hidupku." Riko sulit tidur walau mata terpejam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI