"Kini persoalan ada dua. Menyelamatkan gadis itu sekali gus meringkus tiga bandit pelaku." kata komandan polisi yang sejak awal memberi perhatian ekstra terhadap kasus tersebut.
Riko sudah menjelaskan garis besar masalah itu diawali teleponan orang bernama Tonny yang semula mengaku kurir perusahaan rekaman dari Jakarta. Disusul pertemuan pada pesta ulang tahun di Parapat, sampai pertemuan di jalan Panatapan pinggiran Danau Toba di jalan lintas Parapat - Medan. "Pada akhirnya mereka mengancam saya jangan lagi ada hubungan dengan gadis itu."
Polisi itu tersenyum lebar." Jadi motif perkara ini soal gadis itu ya. Berarti ada yang membayar mereka untuk ini."
"Persis pak Polisi," sahut Riko.
"Apa anda kira-kira tahu siapa dalang di belakang ini semua," susul polisi bertanya.
Riko berpikir-pikir, sebelum menjawab. Lalu mengangguk. " Saya tak bisa memastikan. Tapi saya tahu kalau ibu gadis itu sangat tidak menginginkan saya dekat dengan anaknya. Ibunya membenci saya."
Sebelum pergi polisi itu berkata setengah bercanda," selama ini saya tak yakin orang mengatakan cinta itu buta, ternyata kisah kalian ini menjadi buktinya."
Riko dilanda perasaan khawatir berlebihan selama perawatan dirinya. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya meninggalkan tempat itu melakukan pengejaran terhadap para bajingan itu, meski tak tahu mengejar ke mana.
Ia begitu sedih memikirkan Nika, sudah di mana dan bagaimana. Kini Riko merasakan betapa Nika begitu berkorban padanya, demi cinta. Riko kini merasakan darahnya mnggelegak. Dalam hatinya Riko mendirikan tekat bulat, akan menanggung resiko apa pun untuk membalas pengorbanan Nika. " Aku rela mati demi dia. Dia adalah anugerah terindah dalam hidupku." Riko sulit tidur walau mata terpejam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI