Situasi dua hari terakhir dengan Kawasan Tapanuli sebagai sampel terdekat dengan penulis, kepungan asap tampak makin tebal. Saking tebalnya hingga sinar surya pun tak mampu menembus, sehingga para petani yang mau menjemur padi harus berpikir tujuh kali apa padi bisa kering dengan pengasapan?
Kota Sibolga dan Tarutung yang ikutan dapat jatah menghirup asap kiriman, Hari Kamis ( 21/10) harus siap dengan pertambahan jatah asap kiriman. Kabut asap makin tebal. Jarak pandang makin mendekat. hidung makin sumpek.Â
Mungkin ada yang dapat ilham, kalau saya jadi penguasa yang berkuasa, status Kawasan Sumatera (dan daerah lain penerima jatah) akan saya tetapkan sudah Siaga. Mau Siaga 1,2,3 atau Siaga Penuh tak jadi soal.
Tapi, saya interupsi Bung. Kalau Gunung Sinabung meletus orang bolehlah ramai-ramai mengungsi ke tempat aman. Tapi kalau Siaga karena asap, mau pindah ke mana, mau sembunyi di mana. Memangnya mau gali lobang persembunyian di dalam tanah, seperti bunkernya Adolf Hitler ketika kepungan sekutu tak terbendung lagi melilit kota Berlin?Â
Orang itu senyum mesem mendengar interupsi saya.
Lalu, katanya santai,"Maksud saya pindah dulu ke daerah bebas asap, mau Jakarta kek, Bogor kek, Bandung kek."
Saya geleng kepala mendengarnya." Ntar penuh lagi dong Jakarta bisa pusing Pak Ahok. Kalau musim banjir aja ngurusin warga mau ngungsi sudah ribet, boro-boro mau ngurusi orang Sumatera yang kabur diburu asap."
Ha-ha-ha, ketawa sajalah kita biar lebih banyak asap masuk perut, hitung-hitung mengurangi asap yang gentayangan di udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H