[caption id="attachment_336299" align="aligncenter" width="336" caption="Layang-layang super karya Togu Simorangkir siap mengangkasa menunggu angin bertiup.(Foto:Kompasianer/Leonardo)"][/caption]
Tiga buah layang-layang ukuran super serta sebuah layangan ukuran biasa menjadi pusat perhatian masyarakat Kota Tarutung,Sumatera Utara, baru-baru ini. Keempat layangan hasil karya Togu Simorangkir itu mengangkasa dengan lenggang-lenggok gemulai, seperti halnya tahun lalu dalam suasana HUT HUT Kemerdekaan RI ke 68.
Layangan ukuran super itu mengangkasamelambai-lambai di angkasa, membuat ratusan anak-anak berjingkrak-jingkrak gembira. Layangan itu mengangkasa setinggi kira-kira 500 meter, tampak bagaikan pesawat jet tempur AURI. Ratusan warga yang menyaksikan bersorak sorai mengelu-elukan layangan yang makin meninggi di angkasa Tarutung. Beberapa waktu lalu, layangan super juga mengangkasa dan di bagian tengah layangan ada tertempel stiker pasangan calon bupati/wakil bupati Tapanuli Utara. Juga tulisan ucapan selamat ultah pada seorang pejabat daerah.
Togu Simorangkir sebagai pencipta layangan mengatakan pada kompasianer, layangan itu merupakan idenya sendiri, sementara peluncurannya kerjasama dengan Kepala Satpol PP TaputRudy Sitorus. “Ini saya buat memang khusus merayakan HUT Kemerdekaan RI,” ujar Togu yang juga aktivis olahraga beladiri aliran wadokai itu. Dia juga berharap, tradisi main layangan yang makin pudar saat ini bisa dibangkitkan kembali. Dia bersedia kerjasama jika ada pihak yang berminat membuka semacam sanggar pembuatan layangan.
Togu Simorangkir memang bertalenta membuat layangan. Sejak usia 5 tahun dia sudah pintar membuat layang-layang. Bakat itu terus ada hingga dia dewasa dan berumahtangga. Seorang putranya bernama Toni Rando Syahputra mewarisi bakat itu. Namun sejak dulu Togu belum menjadikan layang-layang sebagai bisnis pribadi. Layangan buatannnya khusus digunakan untuk anak-anak, usai musim panen. “Saya tak menjualnya, tapi kalau ada yang minta dibuatkan saya selalu memenuhinya,” imbuh pria berpostur kecil ini.
Beda dengan dulu,layangan yang dirakit dengan bambu memakai kertas, tapi sekarang sudah menggunakan plastik, karena plastik tahan air dan tak mudah koyak oleh tiupan angin. “Butuh kesabaran dan ketelitian khusus membuat layangan ukuran super, apalagi untuk membuat supaya layangan balans atau seimbang,”tuturnya saat menaikkan layangan super itu di tanah lapang tangsi di area perbukitan.
Sejak melihat layangan buatan Togu itu mengangkasa, banyak anak-anak menyampaikan uneg-uneg pada orangtuanya agar dibuatkan layangan seperti yang dilihatnya itu.”Ya, ya, nanti papa akan minta dibuatkan layangan semacam itu,” ujar seorang ayah meredakan rengekan anaknya.
Sebagian orang tua mengatakan, bermain layangan dulunya tak terbatas hanya buat anak-anak dan remaja. Dulu, orang dewasa atau orang tua juga tak malu bermain layangan. “Bermain layangan juga bisa mengobati stress. Dari pada main judi misalnya, lebih baik main layangan. Tapi itu dulu. Sekarang mana ada lagi kelihatan laying-layang mengangkasa. Anak-anak saja sudah tak tertarik main layangan, karena sudah begitu banyaknya permainan yang membuat anak tak hirau lagi pada permainan jaman dulu,” kata Bonartua, seorang warga berusia 70 an. Katanya, di Jepang sampai sekarang permainan layang-layang masih terus dipertahankan, bahkan termasuk trending game di berbagai kota. Orang Jepang sangat ahli membuat layangan menakjubkan dengan aneka variasi yang disukai warga muda maupun tua.
Yuk main layangan, ajak seorang teman penulis. Dari pada terus tegang ngikutin gonjang-ganjing politik capres, lebih nyaman menikmati layangan sambil merasakan belaian angin pegunungan menyapu keringat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H