Benar saja ketika hiu tersebut mendekat, Santiago berhasil memukulnya dengan telak di bagian mata. Ikan hiu itu terhuyung ke dalam laut walaupun kepala ikan marlin yang tersisa tetap terbawa di mulut ikan hiu tersebut. Hanya tinggal sisa-sisa darah yang tinggal di permukaan air laut.
Santiago tidak membawa pulang apa-apa kecuali perjuangan. Saat ia kembali ke pesisir pantai, ia sangat mengantuk dan kelelahan. Manolin sempat bertanya kepada Santiago mana ikan yang ia bawa. Santiago tertidur pulas dan bermimpi tentang singa di Afrika.
Novel ini mengajarkan kepadaku bahwa ada satu hal yang tak bisa disentuh oleh orang lain bahkan oleh yang terdekat yaitu harapan. Walaupun banyak sekali orang yang menyerang kita dari berbagai arah dan kemudian kita tidak bisa "membawa" apa-apa, kita tidak perlu kecewa. Kesabaran Santiago selama 85 hari ternyata berakhir dengan tragis. Ikannya dimakan oleh para hiu-hiu yang kelaparan. Hanya iman yang membuat Santiago tidak kecewa pada situasi ini.Â
Umurku memang masih terbilang tidak terlalu tua. Masih 26 tahun. Namun dengan membaca novel ini, saya merasa ada sesuatu yang perlu untuk dibagikan. Ernest Hemingway yang menjadi penulis novel (atau lebih tepatnya novella) ini langsung menjadi superstar internasional di bidang sastra. Tulisan Hemingway yang berjudul The Old Man and The Sea ini terbit pertama kali di majalah Life sebelum menjadi buku. Majalah Life yang memuat cerita The Old Man and The Sea ini kemudian terjual sebanyak 5,3 juta kopi hanya dalam waktu 2 hari. Hemingway kemudian menjadi peraih Pulitzer Prize for Fiction di tahun yang sama yaitu pada 1953. Setahun kemudian komite Nobel Prize memberikan penghargaan Nobel Kesusastraan kepada Ernest Hemingway berkat narasinya dalam novella The Old Man and The Sea.
Sumber gambar: storypick.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H