Mohon tunggu...
Leonart Maruli
Leonart Maruli Mohon Tunggu... -

Saya juga bisa diajak berbincang di blog pribadinya di www.gembeljelata.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesabaran dan Iman Santiago

19 Januari 2016   17:38 Diperbarui: 19 Januari 2016   18:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Sore Kompasianers,

Di awal tahun ini seperti tahun yang lalu, saya memutuskan untuk membaca karya sastra klasik yang mudah-mudahan bisa memberikan pelajaran moral kepada pembacanya.

Di awal Januari yang lalu, sekitar tanggal 5 atau 6 Januari 2016 saya pergi ke TM Bookstore untuk hunting buku terutama novel. Saya lebih memilih novel karena terkadang cerita dan imajinasi lebih kuat dibandingkan pengalaman. Itu kata Albert Einstein sih. Lalu, saat saya mendatangi rak khusus bertema Sastra, saya menemukan novel yang sudah lama saya cari yaitu The Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway. Maklum, di toko buku seperti Gramedia agak sulit mencari buku-buku sastra yang temanya agak "berat" terkecuali yang memang diterbitkan oleh penerbit-penerbit besar. 

Senang sekali rasanya membaca novel The Old Man and The Sea. Novel ini bercerita tentang seorang nelayan tua yang bernama Santiago. Ia sudah tidak seperti nelayan lainnya yang masih kuat secara fisik. Ia sudah tidak bisa menangkap banyak ikan seperti dulu lagi. Santiago sempat mendapatkan tawaran dari seorang bocah bernama Manolin untuk berlayar bersamanya. Namun Santiago menolaknya. Manolin tidak bisa berbuat banyak dan membiarkan Santiago pergi sendirian ke tengah lautan yang deras. Santiago ingin ke tengah Lautan Pasifik sendirian tanpa ditemani siapapun. Dirinya masih optimis dengan apa yang dimilikinya. Dengan berbekal ikan mentah untuk makan secukupnya, kail, alat pancing dan umpan, Santiago melangkah. 

84 hari bukan waktu yang sebentar untuk menangkap sebuah ikan. 84 hari Santiago berada di tengah Lautan Pasifik dan ia tidak mendapatkan ikan satu ekorpun. Persediaan makanan yang dimilikinya pun sudah hampir habis. 

Hingga akhirnya seekor ikan blue marlin (ikan terbang) berukuran raksasa menyambar umpannya di siang hari bolong. Tepat pada hari yang ke 85. Ikan marlin raksasa tersebut menarik umpan tersebut sangat kuat hingga perahu yang dinaiki oleh Santiago ikut terbawa arus.  Ikan tersebut menurut Santiago sudah berumur tua maka dari itu ukurannya melebihi ukuran tubuh manusia. Ikan marlin raksasa tersebut menarik umpan Santiago hingga ke kedalaman laut yang biru. Santiago tidak dapat melihat ikan itu setelah beberapa saat ia memakannya. Namun, Santiago terus memegangi dan menarik kailnya. Ia masih memiliki harapan bahwa ikan tersebut akan mampu ditariknya kembali dengan kesabaran. 

Santiago berpikir jika dirinya bisa mendapatkan ikan tersebut maka ia bisa "pecah telor". Setelah lama tidak nampak di permukaan air, ikan marlin raksasa tersebut tiba-tiba melompat dari dalam laut ke udara. Sayap ikan marlin raksasa tersebut memercikkan guyuran air yang menghantam perahu Santiago. Perahu Santiago sempat oleng. Santiago yang kehilangan keseimbangan saat perahunya oleng berusaha sekuat tenaga untuk menahan amukan ikan marlin raksasa tersebut. Tangan Santiago terluka akibat dari pergulatan yang terjadi antara dirinya dan ikan marlin tersebut. Setelah berkali-kali berjibabku, ikan marlin itu akhirnya menyerah. Santiago dengan ulet berhasil mempertahankan ikan marlin raksasa tersebut di pancingannya walaupun tangannya harus terluka. Santiago mengikatkan ikan marlin raksasa tersebut ke samping perahu karena badan ikan marlin itu tidak muat kalau harus dimasukkan ke dalam perahu. 

Ketika Santiago merasa senang bahwa dirinya sudah bisa membawa ikan marlin berukuran raksasa ternyata datang dua ekor ikan hiu. Kedua ikan hiu itu mendekat ke arah perahu santiago. Santiago tau bahwa yang dituju oleh ikan hiu tersebut adalah ikan marlin raksasa yang baru saja ia tangkap. Santiago mengambil tongkat yang ada di perahunya. Ketika hiu tersebut mendekat untuk mencabik daging ikan marlin yang berada di pinggir perahu, Santiago menghantam ikan hiu tersebut menggunakan tongkatnya. Namun apa ayal, pukulan dengan menggunakan tongkat tersebut tetap tak mampu menyelamatkan daging ikan marlin yang tercabik. Ketika dua ikan hiu itu pergi. Santiago melihat sisa daging yang menempel pada ikan marlin tersebut hanya tinggal separuhnya saja. Santiago memanjatkan doa kepada Tuhan, bahwa jika dirinya berhasil mempertahankan ikan marlin raksasa ini dari ikan hiu maka ia akan rajin beribadah.

Ia tetap melanjutkan perjalanannya pulang ke pesisir pantai. Saat masih berada di perjalanan pulang, ada dua hiu lagi yang mendekat pada perahu yang dinaiki Santiago. Santiago kembali mengambil tongkatnya untuk mengusir ikan-ikan hiu itu. Ketika ikan hiu tersebut mendekat, Santiago berusaha untuk memukulnya. Namun hanya satu ikan hiu yang berhasil ia pukul. Ikan hiu yang satunya lagi berhasil memakan bagian daging ikan marlin raksasa yang tersisa...

Santiago sempat kesal bukan kepalang karena ikan yang selama 85 hari telah ia usahakan untuk tangkap ternyata tidak bisa dia pertahankan dari serangan para ikan hiu. Doanya seperti tak terdengar. Santiago pun mengakui bahwa dirinya bukanlah seseorang yang taat.

Ikan kembali ke pesisir namun kembali ia didekati oleh seekor ikan hiu. Ikan hiu tersebut mendekat ke perahu Santiago, padahal yang tersisa dari ikan marlin tersebut hanyalah kepalanya saja yang berukuran besar. Tangan Santiago merasa keletihan dan terluka. Hal ini diakibatkan oleh pertarungannya dengan ikan marlin yang ditangkapnya. Belum ditambah dengan pertarungannya dengan 4 ekor ikan hiu sebelumnya. Santiago tetap berusaha menggenggam tongkat yang ada di perahunya untuk menyerang hiu tersebut di waktu yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun