Mohon tunggu...
Leonard Pravasandani
Leonard Pravasandani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Indonesia

Gerilyawan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Batch 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Optimalisasi Tarif PPA PLTS Berdasarkan Pendekatan Teknologi

26 Februari 2022   23:04 Diperbarui: 26 Februari 2022   23:17 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penurunan biaya PPA PLTS di Indonesia (Sumber: IESR,2021)

Optimisasi tarif PPA PLTS berdasarkan pendekatan teknologi

Tarif yang dikenakan saat melaksanakan power purchase agreement (PPA) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) saat ini yaitu PLTS Terapung Cirata 145MW dan PLTS Bali sebesar 2x25MW sudah mulai mendekati PPA PLTU Batubara yang berada pada 4 cUSD/kWh. PLTS Terapung Cirata 145MW yang dikembangkan oleh konsorsium Pembangkit Jawa Bali Investasi dan Masdar Solar Energy dapat memberikan tarif PPA senilai 5,8 cUSD/kWh melalui periode kontrak selama 25 tahun. Sedangkan, PLTS Kubu 2x25MW dan PLTS Jembrana 2x25MW yang terletak di Bali merupakan konsorsium dari Medco Power Indonesia dengan Solar Philipines dapat mencetak tarif PPA senilai 5,8 cUSD/kWh -- 6,2 cUSD/kWh melalui periode kontrak selama 20 tahun. Kedepannya diproyeksikan bahwa tarif PPA PLTS akan semakin murah berdasarkan perencanaan proyek PLTS Terapung Singkarak 90MW dengan proyeksi tarif PPA senilai 3,58 cUSD/kWh dan PLTS Terapung Saguling 60MW sebesar 3,88 cUSD/kWh.

foto2-621a4e85bb448662db1fa3e9.png
foto2-621a4e85bb448662db1fa3e9.png

Pangsa Pasar Industri Manufaktur Panel Surya (Sumber: Bloomberg NEF)

Biaya PPA yang murah tersebut disebabkan oleh kemajuan dalam berbagai aspek pengembangan PLTS dan optimisasi desain proyek PLTS di Indonesia. Saat ini China memegang posisi utama dalam industri manufaktur panel surya di Dunia. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa negara China memegang pangsa pasar terbesar yang dapat dibilang monopolis. Namun, sebagaimana seluruh prosedur manufaktur dunia berada di China hal tersebut dapat menekan biaya produksi panel surya dengan mengutilisasikan konsep economies of scale. Konsep economies of scale menunjukkan jika membuat sebuah produk dalam jumlah yang tinggi maka dapat menghemat biaya produksi dan membuat biaya penjualan produk menjadi murah. Merujuk pada grafik bahwa hal tersebut dapat mendorong biaya PLTS yang sebelumnya berada pada harga $101,05/watt pada tahun 1975 menjadi $0,61/watt pada tahun 2015.

foto3-621a4e9131794912cd3f8e1a.png
foto3-621a4e9131794912cd3f8e1a.png

Penurunan Biaya PLTS Dunia (Sumber: Bloomberg NEF)

Aspek lain yang membuat tarif PPA semakin murah yaitu dari pengadaan proyek PLTS itu sendiri di Indonesia. Aspek pengadaan proyek PLTS dapat ditinjau berdasarkan tiga hal yaitu aspek teknis, ekonomis, dan kebijakan. Kombinasi dan sinkronisasi dari ketiga hal tersebutlah yang dapat menekan biaya PLTS agar dapat bersaing dengan PLTU Batubara.

foto4-621a4e9c31794912cd3f8e1c.png
foto4-621a4e9c31794912cd3f8e1c.png

Arah Penyinaran Radiasi Matahari ke Bumi (Sumber: Gerilya KESDM)

Dalam optimasi aspek teknis dari pengadaan proyek PLTS harus bermula dari cara kerja dari panel surya itu sendiri. Panel surya bekerja mengutilisasikan energi matahari yang berasal dari spektrum cahaya tampak, UV, dan Infrared. Pancaran spektrum radiasi matahari tersebut akan merambat dan terdispersi dari aerosol udara sebelum sampai pada permukaan bumi. Terdapat tiga terminologi untuk radiasi matahari yang berhasil sampai di permukaan bumi. Pertama, Direct Normal Irradiance (DNI) merupakan radiasi matahari yang mendapatkan sedikit pelemahan akibat atmosfer Bumi dan aerosol udara. Kedua, Diffuse Horizontal Irradiance (DHI) merupakan radiasi matahari yang terserap, terpencar, dan terpantul akibat dari awan dan aerosol. Ketiga, Global Horizontal Irradiance (GHI) merupakan jumlah total dari iradiasi yang diterima sebuah permukaan horizontal.

foto5-621a4ea987006474ce2c481a.png
foto5-621a4ea987006474ce2c481a.png

Faktor yang Mempengaruhi Radiasi Matahari (Sumber: Gerilya KESDM)

Radiasi matahari tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu posisi matahari yang bergantung pada latitude, altitude, dan azimuth. Serta waktu dari tahun, cuaca, dan tilt angle. Optimasi dari faktor-faktor tersebut dapat menunjukkan lokasi dengan penyinaran optimum, menentukan lama penyinaran matahari tahunan dari lokasi, menentukan kebolehan dari proyek PLTS, prediksi energi keluaran untuk stabilitas jaringan listrik, dan biaya dari proyek PLTS. Optimasi berdasarkan hal tersebut dapat menurunkan tarif PPA PLTS.

foto6-621a4eb33179495ec72ad1e2.png
foto6-621a4eb33179495ec72ad1e2.png

Radiasi Matahari (Sumber: Gerilya KESDM)

Posisi matahari ditentukan untuk memposisikan panel surya yang dimiliki pada posisi yang optimum. Umumnya panel surya akan diposisikan dari arah Timur ke Barat. Hasil dari keluaran energi akan berbentuk kurva M, saat waktu siang pancaran sinar matahari akan terdispersi, dan tidak terkena pada panel surya. Oleh sebab itu harus dilaksanakan analisis bayangan pada saat pagi atau sore terkait posisi matahari pada waktu itu dapat menghasilkan bayangan paling panjang.

foto7-621a4ec387006474ce2c481d.png
foto7-621a4ec387006474ce2c481d.png

GHI Indonesia (Sumber: Solargis)

Berdasarkan peta GHI Indonesia, daerah Bali memiliki taraf iradiasi paling tinggi. Setelah menentukan lokasi strategis, maka harus dilakukan optimasi terkait aspek peletakan panel surya sesuai dengan faktor optimasi radiasi matahari. Tinjauan aspek-aspek surya tersebut dapat memprediksi  kondisi saat ini, prediksi jangka pendek, dan prediksi jangka panjang.

foto8-621a4efa87006436981cb8a3.png
foto8-621a4efa87006436981cb8a3.png

Perbedaan Prediksi Energi Keluaran PLTS (Sumber: Gerilya KESDM)

Prediksi saat ini berfungsi untuk mengetahui besaran energi yang masuk kedalam jaringan listrik untuk memastikan stabilitas sistem tetap terjaga. Prediksi jangka pendek umumnya digunakan untuk menentukan biaya tarif listrik sesaat yang digunakan pada negara dengan tarif listrik terkomersialisasi. Sedangkan prediksi jangka panjang akan digunakan dalam proses pemodelan finansial untuk mengetahui biaya proyek secara keseluruhan dari segi capital expenditure dan tarif PPA PLTS demi mencapai breakeven point.

Optimalisasi dari segi teknis melalui pemahaman cara kerja panel surya merupakan sebagaian kecil dari mencapai tarif PPA yang murah. Aspek lain yang dapat berkontribusi yaitu dari segi ekonomis melalui pemodelan serta proses pinjaman pada pihak lenders proyek. Selain dari itu merupakan aspek kebijakan yang diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia dalam mekanisme pengadaan PLTS yang diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun