Mohon tunggu...
Leonardo Rama Dwi Julio
Leonardo Rama Dwi Julio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Malang, Indonesia saat ini menempuh pendidikan di STFT Widya Sasana Malang, jurusan FIlsafat Keilahian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesak

11 September 2021   11:20 Diperbarui: 11 September 2021   11:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Rizky Antara. Anak bungsuku yang masih lajang yang di usianya yang telah berkepala tiga. Ia adalah mahasiswa pascasarjana S-2 jurusan sastra. Ia sungguh mencintai sastra, khususnya pada puisi-puisi cinta. Tak heran, jika hidupnya dipenuhi dengan lika-liku cinta. Terkadang rasa gembira buncah, karena dapat memberi puisi cinta pada gebetannya. Selanjutnya, terbitlah rasa sedih dan galau akibat puisi cintanya ditolak dan dibuang ke tempat sampah. Akupun bingung akan kelakuannya yang ia bawa hingga usianya saat ini.

Sebulan lalu, datang kepadaku kabar gembira bungsuku ini. Ia sudah memiliki seorang pasangan dan langsung memperkenalkan sang gadis pujaannya itu kepadaku.. ia datang kepadaku. Meminta restu untuk menikah. Ia sungguh yakin bahwa mereka berdua adalah pasangan yang cocok, mantap dan serasi. Sebagai seorang ayah yang baik, aku setuju akan hubungan dan rencana pernikahan mereka. Syukur juga, orang tua pasangannya juga mengambil kata sepakat. Mereka memutuskan untuk menikah dua bulan ke depan.

Kesepakatan berubah menjadi kegagalan. Pandemi Covid-19 merebak dengan cepat di kota kami. Hubungan yang ada menjadi renggang dan mengajukan pertanyaan, apakah putus atau terus ? Tak ada pilihan atas dua kata di atas. Muncul kata baru yaitu duka. Rose, sang gadis pujaan Rizky, pergi meninggalkan keluarga dan anakku dengan penuh duka. Ia menjadi korban tabrak lari, sehabis pulang dari tempat kerjanya. Akibat kematian Rose, Rizky dipenuhi dengna duka. Separuh raganya hilang. Semangat hidup turun drastis. Kuliahnya mandek karena tak kunjung keluar kamar (keluar hanya untuk makan dan mandi). Ia terus meratapi foto sang pujaan hati yang meninggalkannya pergi dan terus membaca surat terakhir yang dikirimkan Rose bagi dirinya. “Keadaannya saja yang berbeda. Maafkan aku, Rizky”

***

Sang kakek mengingat semua rasa sesak itu. Pandemi Covid-19 ini sungguh membuat kehidupan keluarga kacau balau. Namun, ia tak bisa larut dalam kondisi yang buruk ini. Ia harus tetap kuat demi keluarga yang ia cintai. Walaupun ini sangat menghantam dirinya, yang sudah memasuki masa senja kehidupan

“Kok asyik dengar cerita kakek sih Rin ? Nanti kalau kakek sakit gimana ?. nungguin obat yang kakek minta”, ucap kakek untuk memecah suasana. “Oh iya Kek. Rini lupa. Rini pergi dulu ya.” Ucapnya dengan polos. Kakek tak merasa dan mengira, bahwa air matanya telah menetes berulang kali sejak memulai ceritanya. Dan hal itu telah membuka kesesakannya di depan cucunya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun