Sel -- sel parenkim yang terletak di daun mengandung kloroplas. Kloroplas merupakan organel semiotonom yang mengandung pigmen fotosintetik berupa klorofil yang digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Sel -- sel parenkim ini disebut dengan parenkim asimilasi karena dapat melakukan proses pembuatan makanan melalui proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis berupa amilum akan diubah menjadi ATP oleh mitokondria. ATP kemudian disimpan di dalam vakuola dan akan digunakan pada saat sel membutuhkan energi, seperti saat sel akan melakukan pembelahan. Hasil fotosintesis yang telah diubah menjadi ATP akan disimpan dalam parenkim penimbun. Sel akan mengambil energi yang disimpan di dalam vakuola untuk pembelahan sel ketika energi yang dihasilkan oleh sitoplasma belum mencukupi untuk pembelahan sel.
Teori totipotensi sel menjelaskan bahwa setiap sel akan tumbuh dan berkembang menjadi suatu individu baru bila sel tersebut diletakkan di kondisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan (banyak mengandung nutrisi dan hormon pertumbuhan). Sifat totipotensi yang terdapat pada tumbuhan masih lebih besar dibandingkan pada hewan. Teori ini dibuktikan dengan eksperimen F. C. Steward yaitu dengan mengambil satu sel empulur wortel, kemudian menumbuhkannya menjadi suatu individu baru. Seperti yang diketahui, bahwa empulur sendiri merupakan bagian dari jaringan parenkim (parenkim pengangkut). Dari percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa sel -- sel parenkim mempunyai kemampuan untuk membelah diri (meristematik).
Teori totipotensi di atas sekaligus berkaitan dengan teori kultur jaringan yang menyebutkan bahwa setiap sel berasal dari sel sebelumnya (teori sel oleh Schleiden dan Schwann). Teori ini berarti bahwa di manapun letak suatu sel pada organisme multiseluler, pada hakikatnya sama dengan sel zigot karena sama -- sama berasal dari satu sel tersebut. Secara tidak langsung, teori ini juga menyebutkan bahwa sel bersifat otonom dan memiliki kemampuan totipotensi. Sel bersifat otonom berarti bahwa sel memiliki kemampuan untuk mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga bila sel tersebut dilepaskan dari sel induknya, sel tersebut dapat berkembang secara independen. Maka dari itu, pada eksperimen F. C. Steward, sel empulur wortel dapat tumbuh menjadi individu baru karena sel parenkim memiliki sifat otonom.
Dari semua pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jaringan permanen dapat berubah sifatnya menjadi meristematik pada kondisi tertentu. Jaringan yang masih dapat berubah sifatnya menjadi meristematik adalah jaringan parenkim dan jaringan gabus. Jaringan parenkim akan berubah sifatnya ketika terdapat luka pada organ tumbuhan dan regenerasi tumbuhan. Sedangkan jaringan gabus bersifat meristematik untuk menjalankan fungsinya yaitu pertumbuhan sekunder. Sel -- sel yang masih hidup juga mendukung dalam perubahan sifat ini.Â
Sedangkan jaringan permanen yang sudah tidak dapat berubah sifatnya adalah jaringan epidermis, jaringan penyokong, dan jaringan vaskuler. Jaringan epidermis memiliki tidak memiliki ruang antar sel sehingga tidak ada ruang bagi sel baru untuk tumbuh dan berkembang. Jaringan penyokong dan jaringan vaskuler juga sudah tidak dapat berubah sifatnya karena ditinjau dari fungsinya, sel -- sel jaringan penyokong dan vaskuler sudah dapat menjalankan fungsinya tanpa harus melakukan pembelahan sel.
DAFTAR PUSTAKA :
Febriani, W., Suwono, H., Si, M., & Sunarmi, M. P. 2013. Kegiatan Belajar 4 Jaringan Daun dan Sifat Totipotensi Tumbuhan.