Mohon tunggu...
Leonardo Juan Ruiz Febrian
Leonardo Juan Ruiz Febrian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia yang penuh mimpi. Suka memikirkan dan menulis yang penting dan tidak penting.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keresahan Manusia

20 Desember 2021   16:12 Diperbarui: 31 Desember 2022   13:47 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Leonardo Juan, Pos Bloc

Setiap manusia memiliki keresahan yang ada di dalam dirinya. Karena keresahan itu yang membawa manusia ingin mengubah sesuatu. Keresahan membuat diri manusia menjadi gelisah, khawatir, cemas, geram, marah akan kondisi di sekitar hidupnya atau terhadap dirinya sendiri.

Dalam diri seorang manusia ada keresahan yang selalu menghalangi dirinya untuk melangkah ke depan. Terdapat bayangan kegagalan, kecemasan, keresahan dan lainnya sehingga dia takut dan resah untuk melangkah ke depan. Namun di dalam diri manusia terdapat tekad sekuat baja yang siap untuk menghajar keresahan yang membuat dirinya gundah.

Sebelum melangkah ke langkah yang lebih jauh, alangkah baiknya bila keresahan dibuat suatu perumpamaan. Misalnya Gojek hadir untuk mengatasi kemacetan yang ada di Indonesia, Gojek terbentuk karena foundernya yaitu Nadiem Anwar Makarim resah dengan melihat kemacetan yang ada di Jakarta. 

Maka dari itu dia membentuk Gojek untuk memecahkan masalah itu. Kisah lainnya, yaitu Tokopedia, pendirinya Liam Tanoe juga merasakan keresahan karena terjadi kelangkaan barang yang terjadi di kota dan di kampung, dan seandainya barangnya ada di kampung pasti harganya lebih mahal daripada di kota.  Oleh sebab itu dia ingin menolong toko kelontong yang ada di kampungnya, agar harganya tidak beda dengan yang di kota.

Dari cerita di atas sebenarnya bisa diambil bahwa keresahan itu ada untuk menempa manusia menjadi lebih baik dari hari kemarin. Keresahan ada untuk mendewasakan manusia, keresahan ada untuk lingkungan yang lebih baik lagi kedepannya, dan keresahan hadir untuk membantu sesama mencapai kemajuan. Keresahan itu bukan sebagai penghambat namun sebagai pendorong.

Mengapa keresahan?

Foto: Leonardo Juan, pameran di Pos Bloc
Foto: Leonardo Juan, pameran di Pos Bloc

re*sah a gelisah; tidak tenang; gugup; rusuh hati: ia kelihatan -- dan serba salah;

ke*re*sah*an 1 n perihal resah: berita fitnah itu menimbulkan ~ di kalangan penduduk; 2 v menderita resah: ia sedang ~ dan ketakutan

(sumber: https://kbbi.co.id/arti-kata/resah)

Ini terinspirasi saat gue datang ke suatu pameran di Pos Bloc seminggu yang lalu. Kebetulan saat itu gue gabut, akhirnya memutuskan untuk datang ke Pos Bloc, dan ketidaksengajaan itu ternyata membawa keberuntungan. 

Pertama kali gue dateng ke situ gue merasa bingung, kenapa? Karena saat gue datang ke pameran itu, hal pertama yang gue lihat adalah gambar seorang bayi yang baru dilahirkan, kemudian ada gambar ayah menggendong bayi tersebut. Ternyata di setiap gambar itu ada keterangan di bagian bawahnya, ada: kabar baik, tears of joy, daddy's hug.

Ditambah lagi di pameran tersebut terdapat pajangan, gantungan, dan kumpulan mengenai keresahan manusia. Bingung dong, setelah melihat gambar bayi terus melihat  puisi keresahan. Jika dilihat sepintas seperti tidak ada korelasinya antara bayi dan puisi keresahan. Untuk pameran ini berkolaborasi bersama Sesakata.

Kebingungan ini membawa otak gue kepada suatu refleksi, apakah hubungan antara gambar-gambar tersebut dengan puisi yang digantung tersebut. Gue menemukan jawabannya dari seorang panitia yang bertugas disana. 

Menurutnya mengapa tema keresahan yang dipilih dengan alasan anak muda yang sedang menuju tahap dewasa, orang dewasa yang sedang menuju kehidupan berkeluarga, dan kehidupan berkeluarga yang baru dengan kehadiran sang bayi mungil tersebut. 

Dan setiap manusia pasti memiliki keresahan di setiap masa transisi kehidupannya, kehidupan ketika 20an, 30an sebelum berkeluarga dan sesudah berkeluarga, pastinya memiliki sudut pandang keresahan yang berbeda dan pemecahan masalah yang berbeda.

Apakah manusia pantas untuk mempunyai keresahan itu?

Manusia berhak mengutarakan keresahan mereka dengan cara apapun. Maka dari itu pameran ini diharapkan dapat membantu teman-teman kata yang ingin meluapkan keresahan mereka lewat kata-kata. Manusia pantas meluapkan ekspresi yang ada di dalam dirinya dalam bentuk apapun itu. Karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yang bebas. 

Manusia pantas untuk mempunyai keresahan di dalam hidupnya. Jika ia tidak memiliki itu, maka itu patut dipertanyakan hidupnya, apakah hidupnya terlalu mewah atau tidak pernah merasakan keresahan. Manusia memiliki kehendak bebas atas pilihan hidupnya.

Bagaimana sebagai manusia bisa mengubah sesuatu yang bernilai dalam hidupnya?

Dengan memiliki keresahan, tandanya kita masih seorang manusia yang berada pada hakikatnya. Dan mengubahnya untuk menjadi sesuatu yang bernilai, itu tergantung dari masing-masing perspektif. Ada yang membagikannya ke orang lain, membuat lagu, dan melakukan hal lainnya yang bisa mengungkapkan keresahan mereka. Dan semua hal tersebut valid untuk disebut sebagai hal berharga.

Mengapa ada ketakutan di dalam proses menuju kedewasaan dan perubahan?

Foto: Leonardo Juan, Idgitaf saat menyanyikan lagu
Foto: Leonardo Juan, Idgitaf saat menyanyikan lagu "Takut"

Ketakutan yang dimiliki manusia merupakan sesuatu yang wajar. Dalam setiap langkah manusia, ketakutan itu selalu berjalan seiringan. Manusia tidak bisa lepas dari ketakutan karena ketakutan merupakan nurani yang dimiliki oleh manusia. Meskipun ia menolak atau melawan rasa takut, rasa itu tidak akan pernah hilang selama ia menjadi manusia.

Berjalan dengan ketakutan itu memang tidak menyenangkan dan membawa kepada suatu ketidakpastian. Di dalam masa transisi kehidupan manusia, ada ketakutan yang ikut tumbuh dan berkembang.  

Contoh ketika kita dari remaja menuju dewasa, kita beranggapan bahwa menuju dewasa merupakan suatu hal yang menyenangkan, bisa melakukan apapun yang kira mau dengan bebas, akan tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Bertumbuh dan berkembang dengan rasa takut itu memang meresahkan. 

Ketika orang-orang disekitar kita hidup dengan kemewahan, gaya hidupnya, dan semua pencapaian yang ada di dalam kehidupan. Hal itu tentunya membuat diri kita resah dan iri terhadap apa yang orang lain capai.

Ketika manusia berada di fase kehidupan dewasa, tetapi dirinya masih single, pendapatannya masih kalah dengan teman-temannya, sering ditanya kapan nikah oleh kerabat dan keluarga yang membuat dirinya resah akan keadaannya. Hal ini tentu saja membuat dirinya resah terhadap kondisinya, takut gagal untuk menyikapi dan memenuhi ekspektasi dari orang-orang yang ada di sekitar hidupnya.

Disaat diri kita ingin resign dari lingkungan kerja yang tidak suportif tentunya disaat itu merasa takut, takut jika gagal setelah keluar, takut  jika harus melakukan suatu perubahan untuk melanjutkan kehidupan. Tidak menyenangkan berada diposisi seperti itu, dimana berada disuatu ketidakselarasan dan menuju proses bertumbuh. Tetapi itu yang dinamakan dengan proses, proses itu tidak nyaman, menakutkan, dan mengerikan selama dianggap sebagai beban.

Akhir

Manusia memiliki keresahan yang ada dan menetap di dalam dirinya. Sampai akhir hidupnya keresahan itu akan tetap ada dan sebagai manusia tidak bisa menyangkalnya. Keresahan itu memang membuat gelisah hati, pikiran, dan jiwa raga setiap manusia. Dia akan selalu gelisah terhadap yang sedang dihadapinya.

Satu hal yang perlu diingat, walaupun keresahan itu menyebalkan tetapi selama diri kita bisa memberikan respon yang baik terhadap keresahan itu, semuanya akan baik-baik saja. Manusia memiliki kehendak bebas untuk mengekspresikan keresahan itu menjadi suatu yang bernilai dan bermanfaat. Gelisahlah hati manusia sampai ia mampu menemukan tujuannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun