"Pendidikan bukan hanya tentang mengisi pikiran, tetapi juga membentuk karakter." -- Aristotle
Ekskursi adalah perjalanan yang bukan hanya berpindah tempat, tetapi juga proses belajar melalui pengalaman nyata. Ekskursi 2024 ke Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah menjadi perjalanan yang lebih dari sekadar kunjungan; ia adalah proses formasi diri, menimba makna dari berbagai peristiwa, dan membentuk karakter setiap Kanisian.
Perjalanan yang Mengawali Refleksi
Perjalanan enam setengah jam menuju pondok pesantren menjadi awal dari petualangan ini. Dalam bus, saya bersama teman-teman berbagi harapan dan kecemasan. Ini kali pertama bagi banyak dari kami mengunjungi pesantren, sebuah lingkungan yang terasa asing.Â
Suasana akrab selama perjalanan---diisi dengan diskusi ringan, musik, dan canda---mengikis rasa lelah. Saat tiba, kami disambut hangat oleh para pengasuh dan santri, sebuah sambutan yang sederhana namun penuh makna.
Hari pertama menjadi momen adaptasi. Rutinitas ketat para santri, seperti bangun dini hari untuk shalat hingga belajar sepanjang hari, terasa sangat berbeda dari kehidupan kami. Awalnya sulit, tetapi melihat kedisiplinan mereka membuat saya berpikir bahwa ritme hidup ini melatih tanggung jawab dan ketekunan yang jarang kami temukan di tempat lain.
Solidaritas dalam Kesederhanaan
Hal yang paling membekas dalam pengalaman ini adalah kesederhanaan hidup para santri. Fasilitas yang mereka miliki sangat terbatas, tetapi mereka menjalani hidup dengan penuh rasa syukur. Saya melihat solidaritas mereka yang luar biasa, saling mendukung dalam hal kecil sekalipun. Momen belajar agama bersama menjadi titik balik bagi saya. Kehidupan mereka mengajarkan saya bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kebersamaan dan rasa syukur.
Kesederhanaan ini juga mengajarkan nilai introspektif. Saya mulai menyadari betapa seringnya saya menganggap remeh apa yang saya miliki. Di pesantren, kehidupan yang minimalis justru memberikan ruang untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting---kedisiplinan, tanggung jawab, dan persahabatan.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pengalaman di pesantren menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi juga melalui rutinitas hidup sehari-hari. Para santri tidak hanya belajar pelajaran akademik, tetapi juga nilai-nilai moral yang membentuk kepribadian mereka. Diskusi saya dengan beberapa santri membuka wawasan tentang bagaimana kedisiplinan dan kebersamaan membentuk karakter mereka menjadi lebih kuat.
Pendidikan karakter menjadi aspek penting dalam pembentukan generasi muda. Di tengah dunia yang semakin materialistis, nilai-nilai seperti tanggung jawab, solidaritas, dan rasa syukur sering kali terabaikan. Pesantren menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui kedisiplinan hidup dan interaksi sosial.
Membawa Nilai-Nilai Pulang
"Belajarlah dari setiap pengalaman, karena di situlah letak kebijaksanaan."
Pada hari ketiga, perasaan haru menyelimuti saat kami harus berpamitan dengan para santri. Keakraban yang terjalin selama tiga hari ini meninggalkan kesan mendalam. Saat perjalanan pulang, saya dan teman-teman mengisi waktu dengan refleksi. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa kedisiplinan, kesederhanaan, dan kebersamaan adalah nilai-nilai yang dapat membawa kita menjadi individu yang lebih baik.
Saya belajar bahwa setiap peristiwa dalam hidup kita, sekecil apa pun, memiliki makna yang dapat memperkaya diri jika kita terus menghidupinya. Ekskursi ini memberikan saya pijakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari---menghargai waktu, menjalani hidup dengan penuh syukur, dan membangun kebersamaan yang bermakna.
Sebuah Prinsip Hidup
Prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani," menggambarkan apa yang saya alami selama ekskursi ini. Para pengasuh pesantren memberikan teladan melalui tindakan, membangun semangat dalam kebersamaan, dan memberikan dorongan agar kami menjadi pribadi yang lebih baik.
Ekskursi ini menjadi perjalanan hidup yang menginspirasi. Lebih dari sekadar cerita, ia adalah proses pembelajaran untuk membentuk diri menjadi pelajar berkarakter, seperti visi yang diusung Kanisius. Setiap pengalaman yang saya alami akan terus menjadi pijakan, menuntun saya menuju masa depan yang lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H