Pendidikan karakter menjadi aspek penting dalam pembentukan generasi muda. Di tengah dunia yang semakin materialistis, nilai-nilai seperti tanggung jawab, solidaritas, dan rasa syukur sering kali terabaikan. Pesantren menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui kedisiplinan hidup dan interaksi sosial.
Membawa Nilai-Nilai Pulang
"Belajarlah dari setiap pengalaman, karena di situlah letak kebijaksanaan."
Pada hari ketiga, perasaan haru menyelimuti saat kami harus berpamitan dengan para santri. Keakraban yang terjalin selama tiga hari ini meninggalkan kesan mendalam. Saat perjalanan pulang, saya dan teman-teman mengisi waktu dengan refleksi. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa kedisiplinan, kesederhanaan, dan kebersamaan adalah nilai-nilai yang dapat membawa kita menjadi individu yang lebih baik.
Saya belajar bahwa setiap peristiwa dalam hidup kita, sekecil apa pun, memiliki makna yang dapat memperkaya diri jika kita terus menghidupinya. Ekskursi ini memberikan saya pijakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari---menghargai waktu, menjalani hidup dengan penuh syukur, dan membangun kebersamaan yang bermakna.
Sebuah Prinsip Hidup
Prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani," menggambarkan apa yang saya alami selama ekskursi ini. Para pengasuh pesantren memberikan teladan melalui tindakan, membangun semangat dalam kebersamaan, dan memberikan dorongan agar kami menjadi pribadi yang lebih baik.
Ekskursi ini menjadi perjalanan hidup yang menginspirasi. Lebih dari sekadar cerita, ia adalah proses pembelajaran untuk membentuk diri menjadi pelajar berkarakter, seperti visi yang diusung Kanisius. Setiap pengalaman yang saya alami akan terus menjadi pijakan, menuntun saya menuju masa depan yang lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H