Mohon tunggu...
Leonard Valentino Ngandiri
Leonard Valentino Ngandiri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar aktif yang berdomisili di Jakarta

Menulis adalah jalan hidupku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imam yang Dibutuhkan Saat Ini

28 Februari 2023   08:20 Diperbarui: 28 Februari 2023   08:33 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Imam atau yang biasa dipanggil romo adalah sebutan bagi pemuka agama Katolik. Menjadi seorang imam membutuhkan proses yang panjang, dimulai dengan orientasi rohani, kuliah Filsafat, orientasi kerja, kuliah Teologi baru kemudian seseorang bisa menjadi seorang diakon. Setelah ditahbiskan menjadi diakon baru orang tersebut dapat ditahbiskan menjadi seorang imam. 

Proses yang panjang ini tentunya memakan waktu yang lama namun rata-rata untuk menjadi seorang imam dibutuhkan sekitar 9 hingga 12 tahun. Setelah tahbisan imamat nantinya, seorang imam akan diutus berkarya di pelbagai tempat yang memiliki tantangan yang berbeda. Dari tantangan soal karya hingga tantangan soal bagaimana menerapkan teknologi dalam melayani umat di tempat karyanya.

Sebagai seorang pemuka agama, tentunya seorang imam perlu menjadi seseorang yang dekat dan disukai oleh umat, baik ketika berpastoral ataupun ketika menjadi seorang panutan bagi umat. 

Saat ini dibutuhkan seorang imam yang mampu cepat beradaptasi dengan dunia yang semakin berubah serta mampu menerapkan teknologi dalam berbagai karya pelayanan yang diampunya. Tak hanya itu, dari diri imam tersebut dibutuhkan imam yang tahan banting serta mau diutus ke tempat-tempat yang memiliki tantangan serta tahan banting terhadap tantangan tersebut.

Saat ini teknologi digunakan secara masif di setiap aspek kehidupan manusia. Sejak hadirnya teknologi, manusia menjadi terikat dengan teknologi. Hal ini nampak dalam bagaimana dengan hadirnya teknologi yang dapat diakses dengan mudah oleh manusia seperti telepon genggam atau laptop, seseorang dapat melakukan apa saja dengan perangkat tersebut. Jika dahulu untuk mengirim pesan kepada orang lain yang berada ditempat yang berada jauh dari tempat orang tersebut, pengirim pesan perlu menulis surat terlebih dahulu serta mengirimkannya lewat kantor pos yang kemudian akan membutuhkan waktu yang lama. 

Dengan adanya teknologi, sekarang untuk mengirim pesan, seseorang hanya perlu mengirim pesan lewat aplikasi chatting yang tersedia di perangkat elektronik masing-masing. 

Kemajuan teknologi ini kemudian dapat memudahkan tugas pastoral seorang imam. Dengan memakai teknologi ini, seorang imam dapat berdiskusi dengan umat yang dilayani oleh imam tersebut, baik soal membuat janji dengan umat tersebut atau berdiskusi dengan umat tersebut mengenai masalah yang dialaminya. 

Salah satu contoh penggunaan teknologi oleh seorang imam dalam tugas pastoralnya ialah bagaimana para imam membagikan berbagai macam renungan secara daring lewat aplikasi chatting yang ada di perangkatnya masing-masing. Setelah menulis renungan, imam tersebut dapat langsung mengirimkannya ke berbagai whatsapp group yang ingin menerima pesan tersebut.

Salah satu teknologi yang membantu orang dalam pekerjaannya ialah teknologi siaran langsung atau live streaming. Dengan adanya teknologi siaran langsung ini, orang dapat menonton siaran langsung berbagai acara atau kegiatan yang terjadi di tempat tertentu di jam yang sama dari rumah mereka. Teknologi ini biasanya digunakan untuk menyiarkan pertandingan olahraga atau acara resmi negara. Ketika pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, dilakukan berbagai pembatasan berskala besar untuk mengurangi mobilitas warga agar tidak terjadi penyebaran virus ke banyak orang, termasuk di Indonesia. 

Pembatasan yang diterapkan di Indonesia melarang kegiatan-kegiatan dimana terdapat perkumpulan banyak orang di kegiatan tersebut, termasuk kegiatan keagamaan. 

Selama masa pandemi, umat tidak dapat pergi ke Gereja untuk beribadah secara langsung. Sebagai gantinya, Gereja memberikan layanan bagi umat untuk mengikuti perayaan ekaristi dari rumah masing-masing secara live streaming. Teknis perayaan ekaristi seperti ini sebenarnya sama dengan teknis perayaan ekaristi pada umumnya, hanya saja umat mengikuti perayaan ekaristi dari rumah mereka masing-masing namun pada waktu yang bersamaan.

Pemanfaatan teknologi untuk membantu umat untuk mengikuti perayaan ekaristi ini merupakan peran penting dari para imam untuk menemukan cara bagaimana membantu umat yang memiliki keterbatasan untuk mengikuti berbagai kegiatan gerejawi seperti mengikuti perayaan ekaristi secara langsung atau tatap muka. 

Imam yang melek teknologi akan dengan mudah berinovasi dan menemukan sebuah cara untuk membantu umat agar umat terfasilitasi untuk tetap mengikuti kegiatan gerejawi meskipun dalam keterbatasan. Dengan menjadi imam yang melek teknologi, imam tersebut dapat menemukan berbagai cara untuk membantu umat serta untuk menunjang kegiatan pastoral yang ia lakukan, baik dalam tempat karyanya sendiri maupun diluar tempat karyanya.

Selain harus melek teknologi, seorang imam saat ini harus mampu cepat beradaptasi dengan dunia yang terus berubah. Kemampuan cepat beradaptasi seorang imam ini telah diuji dalam bagaimana seorang imam harus cepat beradaptasi dengan tempat karyanya. Seperti yang kita ketahui, seorang imam sering sekali berpindah tempat tugas sesuai dengan kebutuhan dan perutusan yang diberikan dari pemimpin umum tarekat/diosesan tempat imam itu membaktikan dirinya. Biasanya waktu pemindahan ini tergantung dengan kebutuhan tarekat/diosesan tersebut namun biasanya antara 2 hingga 3 tahun. 

Seorang imam yang baru saja nyaman dengan tempat tugasnya yang sekarang harus kembali beradaptasi lagi tatkala ia ditugaskan ditempat yang baru oleh pemimpin ordonya. Kemampuan beradaptasi ini penting sebab dengan cepat beradaptasi, imam tersebut dapat dengan cepat berkarya ditempatnya yang baru itu sehingga ia dapat melayani umat dengan nyaman dan cepat sebab ia telah beradaptasi ditempat baru tersebut. Kemampuan beradaptasi ini selain soal dirinya, imam tersebut harus dapat mengenali medan pelayanannya yang baru seperti ciri khas umat diwilayah tersebut, perilaku umat, hingga kondisi medan pelayanan.

Imam yang dapat dengan mudah beradaptasi ditempat baru ini juga harus mampu tahan banting terhadap segala tantangan ataupun hambatan yang akan menghambatnya dalam melaksanakan tugas perutusannya. Tahan banting yang dimaksudkan disini bukanlah tahan banting dalam arti harafiah namun memiliki arti berupa tahan terhadap semua tantangan yang akan dihadapi di tempat karyanya. 

Dengan memiliki semangat tahan banting, seorang imam akan mampu menghadapi segala tantangan yang muncul dalam karya pelayanannya seperti tidak disukai umat, berselisih paham dengan sesama imam, hingga menghadapi masalah soal dirinya sendiri maupun orang lain. Selain mampu menghadapi tantangan yang ada, dengan memiliki sikap tahan banting, seorang imam akan mampu beraktivitas kembali untuk melayani umat setelah ia mendapat masalah atau mengalami perselisihan. Sikap tahan banting ini sebenarnya tak hanya harus dimiliki oleh seorang imam namun hendaknya dimiliki oleh setiap orang sebab dengan memiliki sikap tahan banting, ia akan mampu kembali beraktivitas setelah mengalami keterpurukan.

Sikap terakhir yang harus dimiliki oleh seorang imam ialah sikap kesiap sediaan untuk mau diutus kemana saja sesuai dengan kebutuhan tarekat atau keuskupan tempat ia mengabdi. Setiap imam diosesan ketika tahbisan mengucapkan sebuah janji untuk taat kepada bapa Uskup sebagai pemimpin para imam diosesan di keuskupannya. Para imam tarekat pun mengikrarkan hal yang sama ketika ia mengucapkan kaul pertamanya yakni mengucapkan kaul ketaatan kepada pemimpin tarekat tersebut. 

Meskipun berbeda bentuk, baik imam diosesan maupun imam tarekat berjanji hal yang sama yakni untuk taat kepada pemimpin kelompoknya masing-masing. Janji untuk taat kepada pemimpin ini dapat dilaksanakan ketika  imam tersebut diutus ketempat karya yang baru.

Meskipun mendapat tempat tugas baru, imam tersebut harus taat kepada perutusan yang didapat dari pemimpin baik tempat perutusan yang didapat tempat yang baik maupun tempat yang kurang baik. Sifat siap untuk diutus kemana saja ini penting sebab saat ini ada fenomena dimana saat ini ada beberapa imam yang tidak siap dan tidak mau diutus ketempat yang tidak nyaman. Apabila seorang imam memiliki sikap seperti ini, ia tidak akan mampu untuk menjadi seorang imam yang baik untuk bekerja bersama umatnya sebab imam tersebut tidak akan nyaman untuk melayani ditempat tersebut sehingga ia tidak akan bisa melayani dengan baik.

Menjadi seorang imam bukan hanya menjadi seorang pemuka agama Katolik melainkan seorang imam harus mampu menjadi seseorang yang mampu mengayomi umat serta dekat dengan umat. Saat ini dibutuhkan seorang imam yang mampu cepat beradaptasi dengan dunia yang semakin berubah serta mampu menerapkan teknologi dalam berbagai karya pelayanan. Selain itu, diperlukan juga menjadi imam yang mau diutus kemana saja dan tahan banting terhadap segala tantangan yang akan ada. Apabila memiliki semua keutamaan ini, niscaya imam tersebut dapat melayani umat dengan bebas dan menjadi dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun