Mohon tunggu...
Leona Putri Khair
Leona Putri Khair Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Saya seorang mahasiswa aktif yang berusaha menyeimbangkan kehidupan akademik dengan passion di bidang videografi dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genggam Driver, Genggam Rezeki: Kisah Caddy di Dunia Golf

29 Oktober 2024   18:54 Diperbarui: 29 Oktober 2024   19:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setiap permainan golf, ada lebih dari sekadar pegolf yang mengayunkan stiknya di lapangan. Ada cerita yang tersembunyi di balik setiap pukulan, setiap langkah, dan setiap detik yang berlalu. Di antara rumput hijau yang terawat dan suara lembut angin, terdapat sosok-sosok yang menjadi tulang punggung permainan ini, siapakah orang itu? Mereka adalah seorang caddy, caddy merupakan pemandu yang setia, teman yang selalu siap, dan motivator yang tak kenal lelah. Kisah mereka, seperti kisah Pak Cepi, adalah potret perjuangan dan harapan yang tak pernah padam, menggambarkan ketekunan dan cinta yang mendalam terhadap dunia golf. Mari kita telusuri perjalanan hidup Pak Cepi yang penuh liku dan inspirasi.

Sejak duduk di bangku SMP, Pak Cepi sudah bercita-cita menjadi atlet golf. Ia terpesona oleh keindahan permainan ini dan bertekad untuk menjadi bagian dari dunia golf. Setiap kali melihat turnamen golf di televisi, hatinya ikut serta bangga melihat para pegolf berdiri dengan percaya diri, mengayunkan stik mereka, dan merayakan setiap pukulan yang berhasil. Ia membayangkan dirinya berada di posisi itu, meraih trofi dan pujian.

Namun, impian itu tidak terwujud. Berbagai kendala dihadapinya, apa kendalanya? kendalanya meliputi masalah finansial dan kurangnya dukungan, membuatnya harus mengubur cita-citanya. Keluarganya tidak mampu membiayai pelatihan golf yang mahal, dan tanpa akses ke fasilitas yang memadai, Pak Cepi merasa terjebak dalam impian yang tak terjangkau.

Menjadi Caddy merupakan Pilihan yang Tak Terduga, Setelah menyadari bahwa menjadi atlet golf bukanlah pilihan yang realistis, Pak Cepi memutuskan untuk menjadi caddy. Ia melihat ini sebagai cara untuk tetap dekat dengan dunia golf yang dicintainya. Dengan semangat yang menggebu, ia melangkah ke lapangan golf lokal, berharap bisa belajar lebih banyak tentang permainan yang sangat dicintainya.

Menjadi caddy bukanlah hal yang mudah. Tahap awal Ia harus belajar banyak tentang permainan, cuaca, dan karakteristik lapangan. Terkadang, ia merasa tertekan oleh ekspektasi pemain yang harus dilayaninya. Dengan tas golf yang berat di punggungnya dan langkah yang melelahkan, ia menyadari bahwa pekerjaan ini membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan fisik. Ia harus memiliki pengetahuan mendalam tentang setiap sudut lapangan, jenis klub, dan strategi permainan.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Pak Cepi adalah sosok yang tak kenal lelah dalam menjemput rezekinya sebagai caddy. Setiap pagi, ia berangkat lebih awal ke lapangan golf, menyambut sinar mentari dengan semangat yang tak pernah pudar. Dengan tas perlengkapan di punggung dan senyuman di wajah, ia siap membantu para pegolf meraih impian mereka. Bagi Pak Cepi, pekerjaan ini bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga sebuah panggilan hati. Ia percaya bahwa setiap langkah yang ia ambil di lapangan adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan. Dengan penuh dedikasi, ia berinteraksi dengan pemain, memberikan tips, dan mendengarkan cerita mereka, sambil berharap bahwa setiap usaha dan keringatnya akan membuahkan hasil yang berlimpah. Dalam pandangannya, rezeki bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang hubungan yang terjalin dan pelajaran yang didapat sepanjang perjalanan.

Dalam Perjuangannya sebagai caddy pastinya ada dimana momen jenuh itu datang meskipun menjadi caddy adalah salah satu impian pak cepi untuk bisa selalu dekat dengan dunia golf,  Setelah beberapa tahun bekerja sebagai caddy, Pak Cepi merasa jenuh. Rutinitas yang monoton dan tekanan dari pemain membuatnya berpikir untuk berhenti. Ia merasa seolah-olah hidupnya terjebak dalam siklus yang tidak ada habisnya. Suatu hari, saat menunggu pemainnya menyelesaikan putt, ia sempat merenung memikirkan apakah saatnya untuk keluar dari dunia caddy dan melanjutkan kehidupan di dunia dan passion yang berbeda.

Pak cepi sendiri Mencari Jalan Lain Ia sempat mencoba pekerjaan lain, seperti menjadi resepsionis hotel dan bahkan bekerja di sebuah restoran. Namun, tidak ada yang sebanding dengan pengalaman di lapangan golf. Setiap kali mendengar suara stik golf yang memukul bola atau melihat pegolf berlatih, hatinya terasa hampa. Ia merindukan kehangatan lapangan golf, aroma rumput, dan momen-momen kecil ketika pemain berhasil.

Dirasa bahwa dunia golf itu memang jiwanya, Setelah beberapa waktu, Pak Cepi menyadari bahwa hatinya tetap di dunia golf. Ia kembali menjadi caddy, dan kali ini dengan semangat yang baru. Ia merasa bersyukur bisa kembali ke tempat yang dicintainya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadikan setiap hari di lapangan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.

 Sumber gambar: Dokumentasi pribadi
 Sumber gambar: Dokumentasi pribadi

Terjun kembali dan membangun relasi, Pak Cepi percaya bahwa hubungan yang baik dengan pemain sangat penting. Ia selalu berusaha untuk mendengarkan dan memahami kebutuhan mereka. Setiap pemain memiliki kepribadian yang berbeda, dan ia berusaha menyesuaikan diri. Ia tahu kapan harus memberi dorongan, kapan harus diam, dan kapan harus berbagi tawa, ada salah satu momen paling berkesan bagi Pak Cepi adalah ketika ia mendampingi seorang pemain yang berhasil memenangkan turnamen besar. Melihat pemain tersebut meraih trofi dan mengetahui bahwa ia berkontribusi dalam kesuksesan itu membuatnya merasa bangga. "Saya merasa seperti bagian dari keluarga," katanya dengan mata berbinar. "Ketika mereka berhasil, saya juga merasa berhasil."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun