Masalah utama di sektor ini adalah inkonsistensi. Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie yang saat ini menjadi tumpuan utama Indonesia seringkali tampil angin-anginan dan tidak bisa memberikan kontribusi signifikan bagi tim Indonesia maupun bagi diri mereka sendiri di turnamen mayor. Padahal, sektor ini semestinya bisa menjadi salah satu tumpuan apalagi saat turnamen seperti Thomas Cup tunggal putra diwajibkan jadi tumpuan karena terdapat 3 laga yang memainkan laga tunggal putra dibandingkan 2 laga untuk pertandingan ganda.
3. Sektor Ganda Putra
Sektor ini selalu menjadi andalan Indonesia beberapa waktu belakangan. Sebelum-sebelumnya ada sosok Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo lalu di belakang mereka ada pasangan senior Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan juga ada nama Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto. Saat ini, Fajar/Rian lah yang menjadi tumpuan utama Indonesia bersama dengan para junior-junior seperti Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin, Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri, dan Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Sektor ini lah yang paling penuh dengan pemain-pemain berbakat bahkan di peringkat dunia saat ini sudah ada 6 nama di peringkat 20 besar BWF (termasuk Marcus/Kevin yang masih belum menemukan performa terbaiknya di peringkat 19 dan Pramudya/Yeremia di peringkat 20 setelah Yeremia mengalami cedera di ajang Indonesia Open 2022).
4. Sektor Ganda Putri
Masalah yang mirip dengan sektor tunggal putri namun tidak seburuk itu. Problem utama di sektor ini adalah kurangnya pelapis yang memadai di mana akhirnya sektor ini bergantung pada sosok Apriyani Rahayu yang dulu tampil bersama Greysia Polii dan saat ini berpartner dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti. Tampak jelas bahwa sektor ini sangat kekurangan pelapis yang sepadan karena walau Apriyani Rahayu baru saja ditinggal Greysia yang pensiun ia juga bisa langsung menyalip rekan-rekannya di peringkat dunia saat berpartner dengan Fadia 1 tahun belakangan.
5. Sektor Ganda Campuran
Masalah utama sektor ini adalah masih belum konsisten dan masih kesulitan untuk melawan pasangan-pasangan yang berada di peringkat 10 besar dunia sehingga pada akhirnya banyak pasangan-pasangan Indonesia saat ini (setelah kepergiaan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja) baru mampu menembus peringkat 10 dunia lewat pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.Â
Namun, di sektor ini fans bulutangkis Indonesia boleh optimis mengingat sepertinya performa para pemain sektor ini akan terus membaik apalagi beberapa di antaranya masih muda. Saat ini, pun Indonesia memiliki 3 pasangan di 20 besar dunia yaitu Rinov/Pitha di peringkat 10, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati di peringkat 14, dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja di peringkat 16. Asalkan pelatnas rajin mengirimkan sektor ini ke berbagai turnamen (termasuk Super 300 yang diselenggarakan di negara-negara tetangga seperti Thailand Masters, Australia Open, dan turnamen sejenis di Asia) tentu bukan tidak mungkin bila ke depannya para pemain sektor ganda campuran dapat membantu sektor ganda putra sebagai tumpuan tim Indonesia.
Akhir kata, besar harapan masyarakat dan pecinta bulutangkis Indonesia untuk melihat perkembangan pemain timnas Indonesia agar ke depannya tidak terjadi kejadian di mana Indonesia tersingkir cukup awal dan tidak bisa lolos ke Sudirman Cup mengingat saat ini badminton adalah salah satu cabang olahraga paling berprestasi dan memiliki basis pendukung cukup besar dibandingkan cabor berprestasi lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H