Awal musim 2022/23 menjadi pembuka lembaran baru untuk perjalanan kepelatihan Erik ten Hag. Ya, Erik ten Hag menerima tawaran Manchester United untuk menjadi pelatih kepala mereka dan meninggalkan Ajax Amsterdam setelah 4,5 tahun yang dibawanya mendominasi Eredivisie dan memberikan kisah fairytale dengan membawa Ajax yang sama sekali tidak diperhitungkan di kompetisi Eropa melaju jauh hingga semifinal Liga Champions 2018/19 dan menaklukan Real Madrid serta Juventus dalam perjalanannya.
Awalnya, banyak sekali pandangan skeptis terhadap penunjukkan Erik ten Hag sebagai pelatih baru Manchester United mengingat ten Hag sendiri memang belum punya profil mentereng sebagai pelatih sebelum membawa Ajax Amsterdam menjadi tim yang ditakuti di Belanda dan Eropa. Ia pun tidak memiliki rekam jejak apapun sebagai pemain ataupun staff Manchester United.
Pandangan skeptis dan kekhawatiran beberapa kalangan terhadap penunjukan Erik ten Hag tentunya adalah hal yang wajar mengingat pelatih sebelum Erik ten Hag yang punya profil luar biasa seperti Jose Mourinho dan Louis van Gaal tidak berhasil membawa Manchester United menuju kejayaan.Â
Selain itu, suksesor langsung Ferguson, David Moyes juga kesulitan. Terakhir, Ole Gunnar Solksjaer yang merupakan mantan pemain MU pun gagal untuk membawa Manchester United menjadi tim yang perkasa.
Hingga separo musim berjalan, Erik ten Hag setidaknya mampu untuk membuktikan bahwa ia merupakan sosok yang tepat untuk menukangi Manchester United dan mampu membuat Manchester United setidaknya bercokol di zona Liga Champions.Â
Tidak hanya membawa United berada di zona Champions, ETH (singkatan nama Erik ten Hag) pun mampu menaklukan rival-rival tradisional United seperti Arsenal, Liverpool, Chelsea, Tottenham yang selama ini sulit ditaklukan oleh manajer-manajer setelah Ferguson.
Ada beberapa faktor yang jelas menjadikan Erik ten Hag setidaknya sukses hingga separo musim ini. Yang pertama adalah ketegasan dan kedisiplinan seorang Erik ten Hag.Â
Erik ten Hag merupakan sosok yang sangat tegas dan hal itu sudah tampak sejak dirinya melatih Ajax. Ia tak segan untuk menyingkirkan pemain dari tim apabila pemain tersebut berbuat sesuka hati ataupun tidak mematuhi instruksi dari Erik ten Hag di lapangan hijau seberbakat/sebagus apapun pemain tersebut.Â
Erik ten Hag pun tidak segan untuk mencadangkan pemain atau melempar pemain ke skuad akademi apabila pemain yang dimaksud tidak mampu tampil maksimal bersama klub.
Selama di Ajax, ada 2 nama yang cukup populer yang dibuang/tidak dipakai oleh ten Hag. Pertama adalah pemain sayap muda Noa Lang yang saat ini menarik minat beberap klub besar Eropa seperti AC Milan.Â
Saat masih di Ajax, Noa Lang pernah menentang instruksi dari ten Hag yang membuat Erik ten Hag meradang dan membuang Noa Lang ke Belgia yaitu ke Club Brugge dengan status pinjaman walau akhirnya dipermanenkan oleh Club Brugge.Â
Nama kedua adalah pemain pinjaman dari Juventus yaitu Mohamed Ihattaren yang disebut sebagai wonderkid dari PSV Eindhoven. Attitude Ihattaren yang kacau membuatnya mendapat peringatan keras dari Erik ten Hag dan tidak diberikan menit bermain yang signifikan selama masa pinjamannya di Ajax.
Nama terbaru adalah Cristiano Ronaldo. Ya, salah satu pemain terbaik di dunia ini sepertinya memang berselisih dengan Erik ten Hag. Momen puncaknya adalah saat Ronaldo menolak untuk dimasukan sebagai pemain pengganti dan ia melakukan wawancara bersama dengan Piers Morgan yang berujung diakhirinya kontrak Cristiano Ronaldo bersama Manchester United dan kini CR7 membela klub Arab Saudi yaitu Al-Nassr.
Kedua adalah akibat dari ketegasan Erik ten Hag, skema permainan yang menekankan pada tempo dan pressing tinggi kesukaan ETH mampu dijalankan dengan baik oleh Manchester United mengingat skema ini jelas membutuhkan kerja sama tim yang baik dan pengertian antar pemain di setiap lini.Â
Tidak hanya itu, ia pun mampu membangkitkan performa beberapa pemain yang dianggap tampil kurang maksimal di beberapa musim sebelumnya seperti Marcus Rashford, Aaron Wan-Bissaka, Diogo Dalot, Luke Shaw, dan Fred.
Salah satu pemain yang kembali menemukan performa terbaiknya adalah Marcus Rashford. Hingga pertengahan musim, Rashford menjadi top skorer United di Liga Inggris dengan 9 gol dan juga turut berkontribusi memberikan 3 assist. Rashford seperti menemukan kembali kepercayaan dirinya di bawah kepelatihan Erik ten Hag.
Faktor ketiga adalah bagaimana Erik ten Hag mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dari para pemain yang baru direkrut. Awal musim ini, pemain-pemain yang direkrut MU mungkin memberikan tanda tanya besar kepada fans seperti gelontoran dana 100 juta Euro untuk Antony, 70 juta Euro untuk Casemiro, 57 juta Euro untuk Lisandro Martinez, Tyrell Malacia, dan Christian Eriksen, ditambah di bursa musim dingin ini mereka meminjam Wout Weghorst dan Jack Butland yant boleh dibilang bukan nama bintang.
Kecuali Antony yang sepertinya masih kesulitan untuk beradaptasi dengan Liga Inggris, para pemain baru ini mampu memberikan dampak luar biasa bagi tim.Â
Kombinasi Lisandro Martinez-Raphael Varane membuat tembok pertahanan Manchester United menjadi kokoh. Tyrell Malacia yang mampu memberikan kompetisi langsung kepada Luke Shaw apalagi Malacia langsung moncer saat direkrut di awal musim. Casemiro yang mampu mentransfer pengalaman dan mental juaranya bersama Real Madrid dan menjadi pemain krusial di lini tengah United. Christian Eriksen yang terbukti belum kehilangan sentuhan emasnya bahkan saat ini bercokol sebagai top assist tim di liga dengan 7 assist.
Kespesialan Erik ten Hag tidak hanya soal ketegasan dan taktik yang luar biasa, ten Hag pun terkenal memiliki sentuhan emas dalam memoles pemain muda potensial seperti yang ia lakukan di Ajax sebelum melatih United.Â
Mengingat United juga merupakan salah satu tim yang memiliki akademi cukup terkenal bahkan saat ini mereka memiliki beberapa nama dengan potensi besar seperti Alejandro Garnacho, Anthony Elanga, Zidane Iqbal, Teden Mengi, Kobbie Mainoo, Hannibal Mejbri, Alvaro Fernandez, Amad Diallo, Shola Shoreteire, dan Di'Shon Bernard. Tentu dapat dinantikan siapa saja pemain muda United yang mampu bersinar terang di bawah kepelatihan Erik ten Hag.
Kombinasi ketegasan dan kedisiplinan, kemampuan meracik strategi, kerja sama tim yang mulai terbentuk dengan baik, dan kemampuan dalam mengorbitkan pemain muda tentu menjadikan sosok Erik ten Hag sebagai seorang malaikat yang dapat menyelamatkan Manchester United dari keterpurukan dan apabila tren ini terus berlanjut bukan tidak mungkin untuk United kembali menjuarai Liga Inggris di musim-musim mendatang setelah terakhir kali mengangkat trofi ini pada musim 2012/13 (musim terakhir Sir Alex Ferguson).
Hal yang saya rasa perlu diperhatikan oleh Erik ten Hag adalah bahwa ia harus mempertahankan kedisiplinan dalam tim serta kreativitas Erik ten Hag dalam mengolah pemain muda akademi dan pemain baru rekrutan anyar di musim-musim mendatang mengingat owner United seringkali melakukan transfer yang membingungkan agar United mampu bersaing kembali di papan atas Liga Inggris dan kompetisi Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H