Tapi dalam masalah tehnis, misalnya menyelesaikan kemiskinan, kemacetan dan banjir, Kelihatannya Jokowi akan sanggup menyelesaikan masalah sosial (kemiskinan), tapi belum/tidak dalam hal kemacetan! Belum tahu dalam hal banjir, tapi banjir lebih mudah, karena banjir adalah kejadian alam, yang tidak ada sengaja dari unsur manusia (sedangkan lalulintas, unsur penyebab salah satu yang penting karena dibelakangnya ada unsur manusia).
Dari cara Jokowi menyelesaikan kemacetan, saya bisa bilang, dalam 3 tahun, jalan akan tetap makin macet, dan ketika kemacetan mencapai titik klimaks, maka kemacetan akan memerlukan cara dratis dan lama untuk menyelesaikannya.
Dari pengalaman diatas, saya mendapat suatu kesimpulan, jika dikemudian hari Jokowi bisa mengikuti Pilpres, jangan berpasangan dengan aHok, mengapa? karena ini sepasang orang yang mempunyai latar belakang sospol yang sangat berbeda.
Dikelompok Jokowi, ada Megawati, Ribka Ciptaning (saya bangga jadi anak PKI), Budiman (orang yang gigih menjatuhkan suharto). Sedangkan aHok omel orang pakai istilah Komunis, dan orang aliran sosialis/komunis banyak menjadi kader PDIP.
Saya pada waktu Pilpres yang pertama, memilih Mega, tapi pada Pilpres kedua, ketika Mega didampingi prabowo, saya sama sekali tidak mau milih? Selain dongkol dengan TK, tapi yang saya kawatir adalah, jangan-jangan Mega nanti dibunuh/terbunuh oleh orang yang bermaksud jahat, disengaja atau antara sengaja dengan tidak sengaja, maka kedudukan presiden akan jatuh ketangan prabowo, yang saya kenal dia adalah militer brutal (sampai ia dipecat dalam kasus Mei 1998).
ini kali Jokowi aHok bisa menang di DKI, selain rakyat sudah bosan sama Foke yang do nothing, juga disebabkan di Jakarta ada sejumlah orang muslim moderat, Tionghoa, kaum agama katolik dan kristen, budha, Hindu, yang sudah mangkel terhadap orang Foke, Mr. Rhoma Irama, yang mengungkitkan masalah agama. Orang Jakarta lebih pintar dari daerah yang masih mengagungkan agama, dan pendidikan orang Jakarta juga lebih tinggi, maka mengungkit faktor agama di Jakarta, tidak mendapat angka, malah "memaksa" muslim moderat, orang budha, hindu, Tionghoa, katolik dan kristen, tekad mendukung Jokowi dan aHok.
Tapi dalam Pilpres, jika jokowi bergabung dengan prabowo/aHok yang dari Gerindra, kita ngeri, kalo nanti Jokowi terbunuh/dibunuh dengan sengaja atau tidak sengaja, maka kekuasaan akan jatuh ke orang yang otoriter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H